Jakarta, Aktual.com – Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 41 di Satker Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Wilayah IV Provinsi Papua yang berbasis di Jayawijaya, Monang Tobing mengungkapkan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun satu unit jembatan konstruksi beton konvensional mencapai belasan miliar rupiah.
“Tingkat kemahalan pembangunan jembatan di wilayah pegunungan tengah Papua berbeda dengan daerah lain di wilayah pesisir,” kata Monang Tobing di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (3/3).
Ia mengatakan estimasi pembangunan jembatan pendek yang memiliki bentang 15 dengan konstruksi beton konvensional yaitu gelagar dan lantai beton, atau keseluruhan bangunan menggunakan beton, membutuhkan dana sekitar Rp15 miliar hingga Rp16 miliar per unit. Mahalnya pembangunan jembatan di sana karena akses pendistribusian barang dari luar wilayah hanya mengandalkan moda transportasi udara.
“Persoalannya adalah harga semen, yang pasti di daerah gunung sini berbeda dengan yang di wilayah pesisir. Katakanlah kalau umpamanya harga semen di Jayapura Rp90 ribu per zak, ditambah angkutan Rp450 ribu berarti sudah Rp500 ribu lebih di Wamena,” katanya.
Walau demikian, Kementerian PUPR melalui PJN Jayawijaya terus mendorong agar pembangunan berbagai jembatan di wilayah itu menggunakan konstruksi beton agar memiliki daya tahan yang cukup lama dibandingkan jembatan kayu.
“Biaya pembangunan jembatan di Papua khususnya di Jayawijaya ini sangat mahal, sebab angkutannya saja, itu tergantung dari bentang. Seperti yang bentang 60, itu angkutan saja, per kilogramnya Rp20 ribu hingga Rp23 ribu. Angkutan dari Jayapura ke Wamena (Jayawijaya),” katanya.
Terlepas dari biaya angkutan pesawat yang mencapai Rp23 ribu per kilogram, biaya lain yang dihitung adalah pendistribusian dari dermaga laut Kota Jayapura ke Bandara Sentani di Kabupaten Jayapura serta dari Bandara Wamena ke lokasi pembuatan jembatan.
“Belum dihitung dari pelabuhan ke Sentani. Terus dari bandara ke Sahid sehingga itu yang menyebabkan menjadi mahal,” katanya. (ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka