Jakarta, Aktual.com — Pengamat intelijen Wawan Purwanto berpendapat bahwa Badan Intelijen Negara tidak perlu dipisah berdasarkan lingkup kerja dalam negeri dan luar negeri, karena pada prinsipnya justru satu atap memiliki kemampuan koordinasi yang cepat.
“Yang penting adalah bagaimana merevitalisasi sisi manajemen sesuai tupoksi, itu lebih penting daripada memisah yang akibatnya memperlebar sisi koordinasi, apalagi kita tahu ada egosektoral,” katanya, dalam acara bedah buku karya Letjen TNI (Purn) Marciano Norman berjudul ‘Intelijen Negara: Mengawal Transformasi Indonesia Menuju Demokrasi yang Terkonsolidasi’, di Jakarta, Kamis (30/7).
Optimalisasi peran dari intelijen dalam melakukan operasi-operasi di luar negeri secara signifikan merupakan aspek penting untuk memberikan suatu nuansa memperkirakan keadaan, sistem peringatan dini serta pemecahan masalah.
“Tidak ada masalah satu atap, yang penting intelijen diawaki oleh orang-orang yang berpikiran maju,” ucap Wawan.
Pada kesempatan yang sama, pengamat intelijen Ken Conboy mengatakan bahwa negara demokrasi pada umumnya memiliki dua lembaga intelijen yang masing-masing memiliki wilayah kerja yang berbeda, yaitu dalam negeri dan luar negeri.
Dia mencontohkan dengan keberadaan Federal Bureau of Investigation (FBI) dan Central Intelligence Agency (CIA) di Amerika Serikat, serta MI5 dan MI6 di Inggris.
“Namun hal tersebut menjadi kabur karena kejahatan transnasional tidak melihat batas negara. Kalau ada batas domestik di BIN, dia harus punya kewenangan tangkap seperti polisi,” kata dia.
Artikel ini ditulis oleh: