Jakarta, aktual.com – Syaikh Nawawi di lahirkan di desa Tanara, Kabupaten Serang Banten, pada tahun 1230 H / 1813 M. ia mengikuti mazhab Syafi’i, aqidah Asy’ari, tarekat Qadiriyah. Wafat pada tanggal 25 Syawal tahun 1314 H / 1897 M di Syi’ib Ali Mekah pada usia 84 tahun dan dikuburkan di pemakaman Ma’la.
Sewaktu kecil Syaikh Nawawi di didik langsung oleh ayahnya yaitu Kiyai Umar yang menjabat sebagai penghulu di desa Tanara, di usia belia ia belajar ke Serang pada Kiyai Sahal, kemudian berlanjut belajar kepada Kiyai Yusuf Purwakarta, dan berbagai Ulama yang ada di pulau Jawa, belum genap usia lima belas tahun, Syaikh Nawawi sudah bisa menangkap pelajaran yang seharusnya diberikan kepada orang dewasa.
Pada usia lima belas tahun Syaikh Nawawi belajar ke Mekah di antaraya pada Syaikh Ahmad Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyati dan Syaikh Zaini Dahlan. Belajar berbagai cabang ilmu agama, diantaranya seperti ilmu tauhid, fiqih dan tafsir. Dalam belajar Syaikh Nawawi tidak saja mempelajari ilmu yang diajarkan, tetapi juga mempelajari kepribadian dari sang guru, sehingga dapat membentuk pola kepribadiannya.
Tidak hanya di Mekah dan Madinah, Syaikh Nawawi juga belajar ke Mesir diantaranya pada Syaikh Yusuf ad-Dagistani. Dan ia pun melanjutkan belajarnya ke Syria untuk berguru pada ulama-ulama besar disana antara lain kepada Syaikh Umar al-Biqa’i. sekitar tiga tahun belajar ke luar negri Syaikh Nawawi pun pulang ke tanah air tapi sebelum pulang kerumah ia menyempatkan diri untuk belajar pada Syaikh Qura kerawang, kemudian Syaikh Nawawi pun pulang ke rumah untuk menyebarkan ilmunya, kurang lebih lima tahun saja ia mengajar di rumah karena ia merasa tidak tenang dengan gangguan pemerintah belanda, akhirnya Syaikh Nawawi pun memutuskan untuk berangkat ke Mekah lagi, dalam rangka melestarikan ajaran islam dengan belajar, mengajar dan menulis, dikatan dalam buku Kisah-Kisah Israiliyat Dalam Tafsir Munir ada pendapat yang mengatakan bahwa karya beliau itu tidak kurang dari seratus judul buku, diantaranya adalah kitab Tafsir Munir, Nihayatuzzain dan Maraqil Ubudiyah.
Diantara dorongan semangat belajar Syaikh Nawawi ke berbagai daerah sampai keluar negri karena ada perkataan imam as-Syafi’i yang berbunyi:
“Tidaklah enak bagi cerdik pandai untuk tetap tinggal di suatu tempat. Oleh karena itu tinggalkanlah tanah air dan mengembaralah. Pergilah, engkau akan mendapatkan sahabat-sahabat pengganti sahabat-sahabat yang lama yang ditinggalkan. Dan bekerja keraslah, karena kelezatan hidup adalah dalam bekerja keras”. (Eko)
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin