“Kapan aku tahan salah satu anggota tubuh, maka bergeraklah anggota yang lain untuk berdzikir. Dan terbakarlah jïiwaku (larut/hanyut), aku umpamakan diriku yang tenggelam dalam lautan dzikir seperti ikan dalam air yang jika keluar maka ia mati. Lalu Allah tumbuhkan keinginan dalam diriku untuk uzlah (mengasingkan diri) dari makhluk, berdiam (dari berbicara), menahan lapar, terjaga diwaktu malam, qiyamul lail, hingga aku meyakini keadaan diriku, juga orang yang serupa denganku dengan keyakinan yang baik،” ujarnya.

Pertemuan dengan Syekh Sidi Ali Jamal

Syekh Maulay al-Arabi ra. berkata,

“Lalu Allah Swt. dengan anugrah keutamaan, kemuliaan dan kedermawanan-Nya menyadarkan aku akan kehinaan dan keterbatasan semua ada pada diriku, menggugahku untuk mencari seorang guru tarbiyah, menumbuhkan kebutuhanku terhadapnya laksana orang yang dahaga membutuhkan air, orang yang ketakutan mencari keamanan. Dan sebagian dari guru-guruku dalam Qira’at, yang ketekunan dan kesungguhan mereka seperti keadaanku, seperti guruku yang saleh dan tekun beribadah, Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Jana’i sering sekali menyiapkan bekal untuk perjalananku dan beliau berkata kepadaku: “Mari kita berkelana bersama menemui beberapa guru yang istiqamah agar bisa kita berbai’at kepadanya dan menjadikan guru dalam thariqah. Bisa kita menemui Syekh Syarif Maulay Thayib bin Muhammad al-Alami di Wazzan, atau Syekh Sidi Yusuf bin Nasir keturunan tokoh masyhur dan ahlussunnah-nya penduduk Maroko Syekh sidi Ahmad bin Nasir ad-Dir’i di Dar’a, atau Syekh keturunan wali saleh, yaitu Sidi Muhammad Buzyan di Qnadsah.

Dan akupun seringkali menyampaikan jawaban kepada beliau bahwa yang aku cari adalah ilmu batin yang mereka semua belum memilikinya, walahu a’lam. Sebab jika mereka memilikinya maka para sahabat/murid-muridnya pun memilikinya, sebagaimana dikatakan: “Ujilah manusia melalui sahabat-sahabatnya.” Adapun ilmu zhahir yang ada pada mereka, akupun telah memilikinya. Maka aku kembalikan perkara ini kehadirat Allah Swt. yang telah membawa dan menyampaikanku kemana saja, baik timur maupun barat, dengan kebaikan islam atau nasrani, kekuasaanlah yang menyatukanku dengan-Nya.”

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain