Jakarta, aktual.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mengangkat program Generasi Berencana (Genre) ke panggung internasional, mengingat potensinya sebagai pengarah (trendsetter) dalam percepatan penurunan stunting di seluruh dunia.
“Ini yang akan saya usung (program Genre). Kita ingin menjadi penentu tren (trendsetter), sehingga di seluruh dunia tidak lagi lahir bayi stunting,” ujar Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN, Rizal M Damanik, dalam pernyataan resmi di Jakarta, Senin (14/8/2023).
Rizal Damanik, bersama dengan Ukik Kusuma Kurniawan, Kepala Pusat Pelatihan dan Kerjasama Internasional Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN, mempromosikan program Genre ini di Daka, Bangladesh, saat menghadiri pertemuan tahunan Partners In Population and Development (PPD) 2023.
“Persoalan remaja menjadi penting, program Genre yang diinisiasi dan dikembangkan BKKBN, bisa go international di tengah arus dunia yang serba teknologi. Program ini bisa untuk pencegahan stunting, mengatur jarak kelahiran anak, sehingga akan lahir generasi sehat dan berkualitas,” jelas Rizal.
Damanik juga mengungkapkan rencananya untuk mengunjungi Kairo, Mesir, pada Oktober 2023 atas undangan pemerintah setempat untuk memaparkan praktik terbaik program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).
“Ketertarikan Mesir terhadap program Bangga Kencana dilatarbelakangi penerimaan penghargaan United Nation Population Award (UNPA) oleh Pemerintah Indonesia,” katanya.
Selanjutnya, Damanik melaporkan bahwa delegasi dari Kenya berencana untuk mempelajari program Keluarga Berencana pascapersalinan di Indonesia pada bulan September mendatang.
“Menurut rencana, delegasi Kenya yang terdiri atas 12 dokter dan bidan akan melakukan kunjungan lapangan ke Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Bangladesh juga ingin belajar ke Indonesia (tahun ini), tetapi terkendali pendanaan,” paparnya.
Dalam pandangan Rizal, hampir seluruh negara anggota PPD, yang berjumlah 26, telah mengenal program Bangga Kencana, termasuk aspek kesehatan reproduksi di Indonesia, kecuali Meksiko. Kerjasama yang dibangun dengan negara-negara tersebut berlangsung dalam kerangka pemerintah ke pemerintah (Government to Government).
Pada pertemuan PPD kali ini, delegasi Indonesia mengusulkan agar kontribusi keanggotaan sebesar 20.000 dolar AS per negara (atau sekitar total 520 ribu dolar AS per tahun) dimanfaatkan secara maksimal, sehingga aktivitas PPD menjadi lebih dinamis.
Rencana alokasi dana anggota tersebut, sesuai usulan Indonesia, melibatkan anggaran sekretariat dan komite eksekutif, serta penggunaan sisanya secara bergiliran selama tiga tahun ke negara-negara anggota PPD.
“Dibagikan sebagai dana stimulan, secara bertahap ke negara anggota dalam periode waktu tiga tahun,” tambahnya.
Usulan Indonesia mendapatkan tanggapan positif dari negara-negara di wilayah Afrika. Menurut Rizal Damanik, proporsi yang ideal adalah 65-70 persen untuk program yang dikelola oleh anggota, dan 30-35 persen sisanya digunakan untuk sekretariat dan direktur eksekutif yang saat ini dalam tahap pemilihan.
“Kalau nantinya konsep Indonesia bisa diadopsi, maka kunjungan antarnegara bisa jalan. Sejauh ini, dari 26 negara anggota kegiatannya hanya rutinitas, tidak ada terobosan,” demikian ungkap Rizal Damanik.
Artikel ini ditulis oleh: