Jakarta, Aktual.co —  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa pernikahan usia dini dapat berpengaruh pada masalah kecukupan gizi anak yang akan dilahirkan.
“Mereka yang menikah dalam usia sangat muda cenderung mempunyai anak yang kurang gizi,” kata Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Sudibyo Alimoeso, di Kantor BKKBN, Kamis (12/2).
Dia menjelaskan, mereka yang menikah di usia yang sangat muda cenderung memiliki pengetahuan yang minim soal kecukupan gizi.
“Dalam kondisi seperti itu maka yang menjadi korban adalah anak yang dikandungnya,” katanya.
Banyak kasus yang ditemukan di lapangan, kata dia, pasangan yang menikah pada usia sangat muda memiliki anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
“Ada juga kasus bayi lahir pendek dengan struktur otak yang kurang sempurna,” katanya.
Untuk itu, kata dia, pemerintah terus mengingatkan, perbaikan gizi harus dimulai sejak remaja.
“Khususnya remaja putri agar nanti kalau berumah tangga dan hamil dapat menghasilkan bayi yang sehat,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan pembangunan manusia Indonesia yang berkarakter dan unggul salah satunya ditentukan oleh kecukupan gizi.
Menurut Puan, upaya yang harus dilakukan dalam menggerakkan percepatan perbaikan gizi antara lain adalah dengan menjamin pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencegah pernikahan dini, membangun infrastruktur untuk pengadaan air bersih.
Selain itu, program ketahanan pangan rumah tangga kelompok masyarakat kecil, pendidikan hidup sehat pada anak-anak usia sekolah dasar dan sosialisasi mengenai sumber gizi yang murah

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid