Jakarta, Aktual.com —  Survei yang dilakukan oleh Price Waterhouse Coopers (PwC) menyatakan 52 persen atau mayoritas responden yang terdiri atas CEO perusahaan berlokasi di Asia Pasifik menyatakan akan meningkatkan investasinya ke Indonesia. Survei tersebut dilakukan terhadap 800 CEO perusahaan berlokasi di Asia Pasifik.

“Jadi 52 persen menyatakan akan meningkatkan investasinya dan 38 persen lainnya bertahan pada nilai investasi yang sama. Ini merupakan prosentase tertinggi setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Posisi Indonesia di level yang sama dengan Amerika Serikat dan Vietnam,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dalam siaran pers yang diterima di Kuala Lumpur, Selasa (17/11).

Franky menuturkan, jumlah responden dalam survei tersebut meningkat dari tahun lalu sebanyak 635 dan saat ini mencapai 800 responden.

Hasil survei tersebut, lanjutnya, juga semakin meneguhkan posisi Indonesia sebagai negara tujuan investasi utama bersama dengan RRT dan Amerika Serikat.

“Survei tersebut melengkapi survei-survei yang dilakukan oleh lembaga independen lainnya yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investasi utama,” katanya.

Franky menilai persepsi positif yang tercermin dalam hasil survei tersebut dapat membantu pihaknya untuk meningkatkan arus investasi masuk ke Indonesia dan mencapai target-target investasi yang dicanangkan oleh pemerintah.

“Perbaikan-perbaikan layanan investasi akan terus dilakukan dan diharapkan dapat berdampak positif terhadap meningkatnya realisasi investasi asing maupun domestik di Indonesia,” ujarnya.

Nilai positif dari survei tersebut cukup signifikan karena kondisi perekonomian global yang tengah dalam kondisi tidak menentu.

Setidaknya survei yang dilakukan dalam periode 23 Juni dan 21 Agustus 2015 tersebut memperhitungkan dua kondisi global yang mempengaruhi jawaban responden.

Pertama, terkait kondisi Amerika Serikat yang meningkatkan suku bunga bank sentralnya pada bulan Juli 2015.

Kemudian, kedua, RRT yang mendevaluasi Yuan ditengah intervensi untuk mempertahankan harga sama yang dilakukan pada bulan Agustus 2015.

“Posisi Indonesia yang masih positif dapat mempermudah upaya untuk menarik minat investasi dari investor global,” katanya.

Catatan lainnya, kata Franky, 68 persen investasi baru akan dikucurkan di wilayah APEC dan 32 persen lainnya ke wilayah lain di dunia.

Responden Survei PwC tersebut juga memiliki keyakinan lebih tinggi terhadap perekonomian Indonesia dalam periode menengah tiga hingga lima tahun mendatang.

Keyakinan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode jangka pendek di jangka waktu 12 bulan mendatang.

“Survei tersebut juga memproyeksikan masa depan ekonomi Indonesia yang ditandai dengan perubahan wajah industri manufaktur ke arah basis teknologi. Hal ini menyebabkan adanya kebutuhan modernisasi peralatan dan adanya pergerakan pekerja lintas negara,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka