Jakarta, Aktual.com —Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menilai hingga kini investasi Australia ke Indonesia masih belum optimal kendati jarak kedua negara yang bertetangga.
“Australia merupakan salah satu dari 20 negara maju yang melakukan ‘outward Investment’ terbesar, tetapi yang masuk ke Indonesia sedikit. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia hanya menempati urutan ketiga investasi dari Australia, di bawah Singapura dan Malaysia,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (9/5).
Pernyataan tersebut disampaikan Franky saat mengawali kunjungan kerja ke Negeri Kangguru di Melbourne, di mana ia bertemu dengan Masyarakat Indonesia di Australia, serta Asosiasi of Indonesia Journalis in Australia (AIJA).
Kunjungan kerja itu merupakan bagian dari kegiatan pemasaran investasi yang digelar BKPM guna mendorong masuknya aliran modal dan meningkatkan investasi dari Australia.
Menurut Franky, salah satu penyebab dari minimnya investasi Australia adalah masih minimnya informasi tentang potensi dan kebijakan di sektor investasi.
Oleh karena itu, BKPM akan bekerja sama dengan perwakilan RI di Australia untuk menyebarluaskan berbagai perbaikan yang telah dilakukan pemerintah di bidang investasi.
“Salah satu pesan yang perlu disebarluaskan ke investor Australia adalah perubahan dari rezim perizinan menjadi rezim pelayanan,” ujarnya.
Franky juga menambahkan, investor Australia sudah mulai memanfaatkan layanan izin tiga jam, sebagai terobosan terbaru kemudahan investasi di Indonesia.
Dia menyebutkan salah satu perusahaan Australia di bidang telekomunikasi melakukan perluasan investasi senilai 13,5 juta dolar AS dan memanfaatkan layanan izin tiga jam.
“Kami juga berharap pengalaman investor tersebut dapat menjadi bukti kepada investor Australia lainnya untuk merasakan sendiri reformasi kebijakan dan layanan investasi yang sudah dilakukan pemerintah,” ucapnya.
Franky berharap perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dapat bersama-sama disampaikan oleh jurnalis maupun masyarakat Indonesia di Australia.
“Kita harus bersama-sama menginformasikan hal ini, tidak bisa pemerintah sendirian. Dengan demikian diharapkan masuknya investasi dari Australia dapat berdampak positif bagi pembangunan bangsa,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema mengatakan kesiapan perwakilan RI di Australia untuk menyebarluaskan informasi tentang perbaikan layanan investasi yang sudah dikerjakan pemerintah.
“Kami bersama BKPM akan mendiseminasikan perubahan yang sudah dilakukan. Salah satunya dengan acara ‘Business Forum’ yang akan digelar hari ini (Senin),” ujarnya.
Hadir dalam acara tersebut, Konjen RI di Melbourne Dewi Savitri Wahab, masyarakat Indonesia yang ada di Melbourne, di antaranya Prof Denny Indrayana, para pelajar Indonesia di Melbourne, para wartawan senior Indonesia yang ada di Melbourne dan Australia.
Australia merupakan salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia.
Dari data BKPM periode tahun 2010-2015 tercatat realisasi investasi 2,1 miliar dolar AS terdiri atas investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur.
Dari komitmen investasi tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS yang telah didaftarkan ke BKPM terdiri atas sektor industri logam, properti dan sektor peternakan.
Ada pun angka realisasi investasi triwulan pertama (periode Januari-Maret) tahun 2016 dari Australia tercatat sebesar 59,98 juta dolar AS terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Andy Abdul Hamid