Pekanbaru, Aktual.com – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau, menyiapkan sejumlah opsi untuk masa depan gajah sumatera liar yang terpaksa dievakuasi, karena besar kemungkinan satwa dilindungi itu akan sulit untuk dilepasliarkan ke hutan lagi.
“Kita masih mendengarkan banyak masukan dari berbagai pihak yang berpengalaman dalam hal ini, karena kemungkinan gajah ini akan ditolak oleh kelompoknya ketika dilepasliarkan,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono di Pekanbaru, Selasa (18/9).
Suharyono mengatakan, hal tersebut terkait masa depan seekor gajah sumatera liar yang terpaksa dievakuasi dari habitat aslinya ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas di Kabupaten Siak, Riau. Gajah betina yang diberi nama Intan itu dievakuasi tim rescue BBKSDA Riau karena kondisinya melemah, akibat kakinya terluka parah terkena jerat.
Menurut Suharyono, gajah sumatera yang sedari kecil sudah terpisah dengan kelompoknya dan berada di lingkungan gajah jinak akan sulit untuk diterima kembali oleh kawanannya di hutan. Dampaknya adalah gajah berusia empat tahun itu hidup sendirian dan lebih berisiko untuk keselamatannya di alam liar.
“Dia bisa jadi gajah soliter. Kasihan nanti hidupnya sendirian,” katanya.
Ia mengatakan, pihaknya sedang mengakaji skenario apabila kondisi itu terjadi pada gajah Intan, maka mamalia bongsor itu akan menajdi bagian dari gajah binaan di PLG Minas. Apabila penolakan itu terjadi, maka skenario yang akan diambil adalah Intan menjadi bagian dari program pengembangbiakan (breeding) di PLG Minas.
Apalagi, rasio seks (sex ratio) gajah binaan PLG Minas masih kurang dari sisi jumlah gajah betina.
“Gajah Intan ini semoga jadi penambah betina di sana,” katanya.
Gajah Intan kini masih menjalani perawatan di PLG Minas di Kabupaten Siak, Riau, setelah sebelumnya dievakuasi karena kakinya terluka akibar jerat. Dengan begitu, di area itu ada 17 gajah sumatera yang mayoritas adalah gajah jinak.
BBKSDA Provinsi Riau terpaksa mengevakuasi seekor anak gajah itu karena kondisinya terus memburuk akibat terluka kena jerat di dalam area konsesi hutan tanaman industri PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) wilayah mandau Kabupaten Siak. Proses evakuasi gajah yang dilakukan tim rescue BBKSDA yang dibantu oleh PT RAPP pada 13 Septembar lalu.
Kasus anak gajah terjerat itu bermula dari laporan masyarakat pada tanggal 23 Agustus 2018, melalui _call center_ Balai Besar KSDA Riau bahwa ada seekor anak gajah liar yang terperangkap dalam jeratan babi hutan dalam areal konsesi HTI PT. RAPP wilayah Mandau, Kabupaten Siak.
Setelah pengobatan, anak gajah dilepaskan kembali di lokasi semula dengan harapan dapat bergabung dengan kelompoknya. Namun, selama dua minggu pengamatan, anak gajah tersebut hanya berputar putar di lokasi semula, sedangkan kelompoknya telah berada di lokasi lain yang berjarak sekitar 57 kilometer.
“Berdasarkan laporan petugas yang mengamati keberadaan anak gajah, terdapat kecenderungan berat badan satwa makin menurun serta diare yang terlihat dari kotorannya, sehingga dikhawatirkan anak gajah akan semakin memburuk kondisinya,” katanya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: