Jambi, Aktual.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi mengevaluasi pengelolaan Kebun Binatang Taman Rimba setelah terjadi kematian binatang koleksinya, yakni masing-masing seekor harimau betina dan singa jantan.

Kematian dua satwa, koleksi kebun binatang yang dikelola Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebun Binatang Taman Rimba Jambi itu, relatif secara beruntun.

Harimau sumatera (Phanthera tigris sumatrae) berumur delapan tahun dengan nama Ayu, mati pada Sabtu (26/1), sedangkan singa (Phanthera leo) berumur 11 tahun dengan nama Shiro, mati seminggu sebelumnya, Sabtu (19/1).

Hasil autopsi oleh tim medis, dokter hewan, menunjukkan bahwa si raja rimba bernama Ayu itu mati akibat menderita penyakit paru-paru basah (Pneumonia).

Singa jantan bernama Shiro yang kandangnya bersebelahan dengan kandang harimau sumatera itu mati akibat pembengkakan pada jantungnya dan kelainan genetik sejak lahir. Ia menghuni kebun binatang kebanggaan masyarakat Jambi itu selama dua tahun terakhir.

“Shiro mati mendadak, gejalanya menurut tim dokter terjadi pembengkakan pada jantungnya,” kata Kepala UPTD Taman Rimba Jambi Taufik Bakhari.

Bangkai harimau kemudian dibakar dan dikuburkan untuk menghindari pihak tidak bertanggung jawab memanfaatkan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan.

“Bangkainya sudah dibakar karena dari BKSDA Jambi tidak mau ambil risiko nantinya ada pihak yang memanfaatkan spesimen bangkai itu,” kata dia.

Bangkai singa juga telah dikuburkan setelah dilakukan pembedahan oleh tim dokter hewan untuk kepentingan pencarian penyebab kematiannya.

Kasus kematian dua satwa langka dan dilindungi itu juga sudah dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Jambi.

Ia menyebut bahwa pihak polda telah memeriksa terkait dengan kemungkinan adanya unsur kesengajaan terkait dengan kematian hewan itu.

Setelah kematian dua ekor satwa itu, di Taman Rimba Jambi masih ada satu ekor harimau sumatera, bernama Uni (induk Ayu) dan singa betina bernama Cinta (11) yang sebelumnya didatangkan dari Taman Satwa Siantar, Provinsi Sumatera Utara.

Evaluasi atas pengelolaan kebun binatang itu, disebut Kepala BKSDA Jambi Rahmat Simbolon, melibatkan beberapa ahli untuk menghasilkan rekomendasi bagi langkah pengelolaan selanjutnya.

“Melibatkan beberapa ahli yang nantinya untuk merumuskan rekomendaisnya seperti apa,” kata dia dalam jumpa pers di Jambi, akhir pekan lalu.

Pihaknya saat ini masih menunggu hasil evaluasi yang berupa rekomendasi oleh tim tersebut.

“Salah satu contoh evaluasinya terkait penerbitan izin lembaga konservasi (LK) adalah pusat. Saat ini izin LK tersebut masih aktif dan sudah dilakukan peninjauan dan ada beberapa catatan,” katanya.

Setelah kematian dua satwa ikonik tersebut, Tim BKSDA Jambi juga melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap semua satwa yang menjadi koleksi kebun binatang satu-satunya di Provinsi Jambi itu.

“Saat dilakukan pemeriksaan kondisi seekor singa lainnya (Cinta, red.) yang masih hidup dilakukan dengan bius untuk mengambil sampel (darah, red.) pengecekan di laboratorium,” kata Bowo, dokter hewan yang menangani pemeriksaan satwa KB Taman Rimba Jambi.

Secara umum, disebut dia, bahwa kondisi singa bernama Cinta saat ini sehat. Hal itu diketahui dari gerak tubuhnya di mana ketika ada orang mendekat, ia mulai beraksi.

Pemeriksaan terhadap harimau bernama Uni akan dilakukan pada bulan depan karena belum lama ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap kesehatannya.

“Yang untuk harimau belum hari ini, karena baru kemarin dicek kesehatannya,” katanya.

Pihak ketiga Setelah kematian dua hewan buas itu akibat sakit, Pemerintah Provinsi Jambi berwacana memberikan pengelolaan Kebun Binatang Taman Rimba Jambi kepada pidak ketiga, baik berupa perusahaan Badan Usaha Milik Daerah maupun perusahaan swasta.

Meskipun demikian, tetap harus diakui bahwa UPTD Kebun Binatang Taman Rimba Jambi selama ini telah secara optimal mengelola kebun binatang tersebut.

“Kita telah maksimal mengelola UPTD KB Taman Rimba Jambi sehingga memberikan manfaat yang lebih terhadap masyarakat,” kata Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jambi M. Dianto.

Setelah kematian dua satwa koleksi kebun binatang itu, ia meninjau tempat wisata tersebut. Pada kesempatan itu, ia mengemukakan tentang pentingnya pembenahan atas pengelolaan kebun binatang tersebut.

Kunjungan itu juga sebagai bagian dari upaya pemprov setempat menemukan solusi bagi pengelolaan yang lebih baik terhadap kebun binatang tersebut, apakah melalui pihak swasta atau BUMD.

“Hal itu, saya rasa bisa dilakukan sehingga pengelolaannya bisa lebih baik lagi ke depanya terhadap KB Taman Rimba Jambi,” ujar dia.

Kebun Binatang Taman Rimba Jambi, salah satu objek wisata yang menarik bagi anak-anak dan masyarakat umum. Melalui objek wisata itu, mereka bisa lebih mengenal berbagai macam binatang.

Selain itu, KB Taman Rimba Jambi juga salah satu penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Jambi sebesar Rp3,2 miliar melalui pejualan tiket masuk dengan harga Rp5 ribu hingga Rp8 ribu per orang. Objek wisata itu salah satu sumber PAD Jambi yang cukup potensial.

Pemprov Jambi ke depannya juga akan mengupayakan mendatangkan kembali singa dan harimau sebagai pengganti satwa yang mati, sehingga binatang buas yang ada di KB Taman Rimba bisa tetap sepasang.

Kasus kematian dua satwa koleksi KB Taman Rimba secara beruntun, dalam waktu relatif singkat itu, menjadi pelajaran berharga berbagai pihak terkait, guna pengelolaan yang lebih baik pada masa mendatang.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin