Ketapang, Aktual.com – Seekor bayi orangutan berjenis kelamin betina yang nyaris terbakar di lokasi kebakaran lahan di Kecamatan Seponti Jaya, kini dalam penanganan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah 1 Ketapang, Kalimantan Barat.
“Setelah dirawat dan diperkirakan mampu untuk kembali ke hutan, kita akan bebasliarkan kembali,” kata Kepala BKSDA Ketapang Junaidi di Ketapang, Kamis (20/8).
Dia menambahkan, bayi orangutan yang belum memiliki nama tersebut diberi nama Seponti, sesuai asal muasal ia ditemukan Junaidi mengatakan, dalam kasus penemuan bayi orangutan tersebut, dirinya cukup mengapresiasi iktikad baik masyarakat untuk tidak memelihara satwa langka ini dan menyerahkan kepada yang berwenang.
Namun demikian, ia mengimbau masyarakat segera menghubungi BKSDA jika menjumpai satwa liar yang tergolong dilindungi.
“Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penanganan saat di lapangan, terutama untuk menjaga keselamatan orangutan tersebut,” kata dia.
Bayi orangutan yang diperkirakan berusia antara enam sampai delapan bulan tersebut diselamatkan sejumlah masyarakat transmigran di Kecamatan Seponti setelah terpisah dari induknya yang menyelamatkan diri karena terjadi kebakaran lahan beberapa waktu lalu.
Tenaga honor di TNGP Seksi Sukadana Musdi Zariansyah mengatakan, warga transmigran Kecamatan Seponti yang enggan menyebutkan nama sempat memelihara beberapa waktu sebelum menyerahkan kepadanya pada Rabu (19/8).
Dia menerima penyerahan orangutan dari masyarakat pada pagi hari di Kantor Seksi Pengawasan TNGP wilayah 1 Sukadana, jalan Tanjungpura.
“Warga yang menyerahkan tidak mau namanya disebutkan, karena ia merasa takut jika sewaktu-waktu dirinya dipersalahkan lantaran sempat memelihara orangutan walau hanya beberapa hari,” kata Musdi.
Menurut dia, saat diterima, kondisi bayi orangutan cukup lemah lantaran telah 11 hari terpisah dari induknya serta tidak cukup mendapat asupan makanan dan minuman yang dibutuhkan.
Selain itu, cara membawa bayi orangutan dalam sebuah tas yang diberi lubang dan digendong dari Kecamatan Seponti ke Kecamatan Sukadana menempuh perjalanan lebih dari tiga jam membuat kondisi bayi menjadi lebih lemah.
Bayi yang diserahkan tanpa ada kompensasi biaya ini sempat menginap satu malam di Kantor Seksi Pengawasan TNGP Sukadana dengan tetap mendapat asupan makanan berupa pisang dan cairan gula.
Musdi Zariansyah kemudian langsung menghubungi BKSDA Ketapang untuk dapat menangani bayi tersebut.
Dengan membawa serta dokter dan penjaga dari Yayasan IARI, BKSDA Ketapang langsung menjemput bayi orang utan untuk selanjutnya dibawa ke kawasan rehabilitasi.
Artikel ini ditulis oleh: