Jakarta, Aktual.com — Pengelolaan ladang gas Masela yang terletak di Kabupaten Maluku Tenggara Barat semakin mencuat. Pasalnya, ada beberapa pro dan kontra terkait pembangunan ladang gas abadi di blok Masela antara pipanisasi (onshore) dan juga pola terapung (offshore). Namun, dikatakan oleh Nono Sampono selaku Anggota DPD asal Maluku, bahwa sangat beresiko jika pembangunan ladang di blok gas Masela dengan pola terapung, karena dikhawatirkan pihak Australia bisa saja mengklaim hal tersebut.
“Itu berbahaya kalau nantinya Australia mengklaimnya. Akan lebih baik dan bisa menciptakan multi efek kepada masyarakat Maluku, apabila pengembangan lapang gas Masela di darat saja,” Ujarnya saat diskusi bertajuk ‘Kekayaan Laut dan Daerah Untuk siapa; Menyoroti Blok Masela’ Jakarta, Minggu 11/10
Nono juga mengatakan bahwa kita seharusnya mencotohkan Maluku, karena Maluku merupakan daerah yang kaya akan Sumber daya laut dan alam, tetapi justru Maluku menjadi daerah termiskin urutan keempat.
“Ironis, tujuh puluh tahun Indonesia merdeka, tetapi Maluku masih menjadi daerah miskin. Indonesia tidak ada jika tidak ada Maluku dan enam daerah lainnya yang bergabung dengan NKRI,” Ungkap Nono
Oleh sebab itu, Menurut Nono, keberadaan blok Masela harus memberikan multi efek bagi kesejahteraan rakyat. Tetapi tidak dengan sistem pola terapung.
“Kasus yang muncul sebagai catatan krisis kita. Jangan sampai terulang lagi sebab khusus pertambangan sejak Orba sampai saat ini masih terkesan kita didikte investor. Teknologi kita memang lemah, tapi kita tetap harus mengedepankan kepentingan nasional, ketimbang kepentingan perusahaan,” Tegas Nono kembali
Artikel ini ditulis oleh: