Pekanbaru, aktual.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi 16 titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Bengkalis, Riau.

Analis BMKG Stasiun Pekanbaru Mia Vadilla kepada Antara di Pekanbaru, Jumat (17/1), mengatakan titik-titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen sebagai indikasi kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) itu terpantau melalu citra satelit Terra dan Aqua pukul 06.00 WIB pagi ini.

“Mayoritas titik panas berada di kecamatan Rupat Utara, sementara sebagian kecil lainnya di Mandau dan Bukit Batu,” katanya.

Dari 16 titik panas tersebut, ia mengatakan 11 diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat adanya Karhutla dengan tingkat kepercayaan di atas 70 hingga 100 persen.

Satu titik api terdeteksi di Kecamatan Mandau dan 10 titik api lainnya menyebar di Kecamatan Rupat Utara.

Bengkalis pada 2019 lalu merupakan wilayah yang mengalami Karhutla cukup parah. Bahkan, akibat kebakaran di kabupaten yang mayoritas bertanah gambut itu menyebabkan negeri jiran terpapar asap tipis.

Analis BMKG Stasiun Pekanbaru Yasir Prayuna mengatakan saat ini sebagian wilayah Riau tengah memasuki peralihan musim dari hujan ke kemarau fase pertama 2020.

“Aktivitas pembakaran (harus) dihindari karena bisa memicu lagi kebakaran hutan di wilayah Riau,” kata Yasir.

Dia mengatakan saat ini sebagian wilayah Riau, terutama bagian utara telah memasuki musim kemarau. Sejak awal Januari ini, sejumlah kabupaten kota seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir, hingga Indragiri Hilir terpantau titik-titik panas yang mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Riau, kata Yasir akan sepenuhnya memasuki musim kemarau pada pertengahan Januari dan berlangsung hingga Februari 2020 mendatang.

“Dari BMKG sendiri (menyatakan) waspada karena dalam beberapa pekan ke depan akan segera memasuki musim kemarau. Walaupun kemarau periode pertama ini tidak terlalu panjang tapi harus waspada karena Riau cukup rentan potensi meluasnya kebakaran itu,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eko Priyanto