Sejumlah pelajar berangkat sekolah menggunakan perahu tradisional menembus kawasan yang diselimuti kabut asap di Sungai Ogan, Palembang, Sumsel, Jumat (4/9). Sejumlah daerah di Sumatera Selatan terkena kabut asap dampak kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di beberapa wilayah di Sumatera. Tercatat terdapat 999 titik api (hotspot) di Sumatera yang terpantau melalui Satelit AQUA/TERRA MODIS milik BMKG. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/kye/15

Padang, Aktual.com – Stasiun Pemantauan Atmosfer Global Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (GAW BMKG) Koto Tabang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, melaporkan jarak pandang di Kota Bukittinggi, Agam dan sekitarnya pada Kamis (8/10) pagi di bawah 2.000 meter, akibat kabut asap.

“Jarak pandang masih mengalami penurunan karena konsentrasi PM10 dan peluang bercampur dengan uap air akibat kelembaban udara yang tinggi,” kata Petugas GAW BMKG Koto Tabang, Albert di Padang, Kamis.

Ia mengatakan, berdasarkan monitoring PM10 pada hari ini, kondisi udara di wilayah tersebut masuk kategori tidak sehat.

“Wilayah Sumbar diprediksi masih akan dipengaruhi oleh kabut asap kiriman dari provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), hingga waktu yang belum dapat ditentukan,” kata dia.

Pantauan terakhir BMKG, Koto Tabang masih menunjukkan Sumsel sebagai sumber utama titik panas.

“Saat ini terpantau 177 titik api di Pulau Sumatera, 174 titik berasal dari Sumsel dan tiga lainnya di Bangka Belitung,” kata dia.

Ia mengatakan arah angin di titik panas masih mengarah ke Sumbar, sehingga wilayah tersebut masih terdampak kabut asap.

Namun potensi hujan di wilayah Bukittinggi, Agam dan sekitarnya diperkirakan dapat mengurangi dampak kabut asap sehingga kemungkinan tidak lebih parah dari Rabu (7/10).

Albert mengatakan agar masyarakat tetap dapat meminimalisir aktivitas di luar rumah karena kondisi udara masih tidak baik untuk kesehatan.

“Kami mengimbau masyarakat untuk patuh pada imbauan pemerintah agar selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: