Bukittinggi, aktual.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat konsentrasi polutan asap mencapai maksimum saat menjelang siang hari sehingga masyarakat dianjurkan mengurangi aktivitas luar ruang di waktu tersebut.
“Jika diperhatikan pola harian konsentrasi pm10, maka sebaiknya masyarakat kurangi aktivitas luar ruangan terutama pagi jelang siang dan saat malam hari,” kata Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Sumatera Barat Wan Dayantolis yang dikonfirmasi dari Bukittinggi, Minggu (22/9).
Berdasarkan pengukuran konsentrasi partikulat (pm10) di hari sebelumnya, Sabtu (21/9) menunjukkan konsentrasi pm10 meningkat melebihi nilai ambang batas 150 µgram/m3 ke level tidak sehat sampai sangat tidak sehat mulai pukul 9.00 hingga 13.00 WIB.
Selanjutnya memasuki sore hari konsentrasi pm10 mulai turun kemudian bertahan di level sedang dalam rentang 60 sampai 150 µgram/m3 hingga pagi keesokan harinya.
Dari informasi konsentrasi pm10 di laman BMKG pada Minggu (22/9) juga menunjukkan peningkatan konsentrasi pm10 mulai mendekati hingga melebihi 150 µgram/m3 sejak pukul 9.00 WIB.
Sementara konsentasi partikulat (pm10) di level baik adalah dalam rentang 0 sampai 50 µgram/m3.
“Saat pagi ke siang angin mulai kencang membawa polutan ke Sumbar. Memasuki sore hari pergerakan angin lebih kencang sehingga polutan kembali terbawa ke luar dari wilayah Sumbar,” katanya.
Kemudian pada malam hari, angin cenderung tenang menyebabkan polutan yang sudah terbawa angin masuk ke Sumbar akan mengendap ke permukaan bumi.
Diperkirakan konsentrasi polutan masih berpotensi tinggi hingga beberapa hari ke depan karena angin mengarah dari tenggara di mana masih banyak terdapat hotspot dari arah tersebut.
Dari parameter kekeruhan udara (AOD) di Sumbar masih menunjukkan angka 1,6 yang berarti udara Sumbar sudah tercemar partikulat berupa debu dan asap kebakaran.
Kondisi kualitas udara yang semakin menurun diharapkan menjadi pertimbangan bagi pemangku kepentingan dan pihak terkait di Sumbar dalam menentukan langkah antisipasi terhadap kemungkinan kondisi lebih buruk.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin