Jakarta, Aktual.com — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulawesi Tenggara mengeluarkan peringatan bahwa penomena alam La-nina berpeluang muncul pada bulan Juli, Agustus dan September (JAS) 2016 dengan intesitas lemah dan sedang. Informasi fenomena alam itu dirilis secara nasional melalui kepala BMKG wilayah Indonesia Barat Andi Eka Sakya.

“Munculnya fenomena La-nina melalui Dipole Mode Negatif saat kondisi suhu permukaan laut di bagian Barat Sumatera lebih hangat dari suhu muka laut di Pantai Timur Afrika, sehingga menambah pasokan uap air yang mengakibatkan bertambahnya curah hujan untuk Indonesia wilayah barat,” ujar  ujar Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Aris Yunatas di Kendari, Senin (6/6).

Aris mengutip pernyataan Andi Eka mengatakan, perlu mewaspadai terjadinya fenomena La nina yang bersamaan dengan terjadinya indeks depole mode negatif yang berdampak pada meningkatknay potensi curah hujan pada musim kemarau dan musim hujan tahun 2016/2017.

“Tentunya, keadaan ini menjadikan beberapa daerah mengalami kemarau basah (periode musim kemarau) dengan sifat hujan atas normal, dan periode musim hujan dengan curah hujan tinggi yang dapat berpotensi banjir,” ujarnya.

Namun demikian, lanjut dia, di beberapa sektor, kemarau basah akan berdampak positif, misalnya di sektor pertanian adalah meningkatnya luas tanam dan produski padi.

Di lain sisi, kemarau basah akan berdampak negatif pada komoditas sektor perkebunan seperti tembakau, tebuh, teh serta tanaman hortikultura lainnya.

Dengan demikian, kondisi La-nina yang menjadikan hangatnya suhu muka laut di wilayah Indonesia akan membawa dampak bagi sektror perikanan, yaitu penangkapan ikan tuna semakin meningkat, sementara bagi petambak garam kurang begitu menguntungkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka