Kawasan Pasar Baru dinaungi awan gelap usai hujan, Jakarta Pusat, Minggu (7/8). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan tinggi akan berlangsung hingga bulan September 2016. ANTARA FOTO/Fanny Octavianus/pd/16.

Pekanbaru, Aktual.com — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika prakiraan Provinsi Riau mengalami puncak La Nina pada bulan Oktober dan November.

“Wilayah di Riau, saat ini kan sudah masuk dalam masa transisi musim hujan. Puncaknya terjadi dua bulan ke depan,” ujar Kepala Stasiun BMKG Pekanbaru Sugarin di Pekanbaru, Senin (26/9).

Musim kemarau yang dialami provinsi berjuluk Bumi Lancang Kuning tersebut saat ini adalah kemarau basah. Kondisi cuaca seperti itu, sebagai dampak terjadinya fenomena La Nina dan dirasakan mulai melanda di Riau pada pertengahan September.

Artinya saat musim kemarau tiba, hujan turun diberbagai kabupaten-kota dengan intensitas ringan hingga sedang karena tingginya suhu permukaan air laut melebihi, sehingga menghasilkan banyak uap air.

“Itu sebabnya, di Riau kita prediksi potensi hujan terjadi pada sore, malam sampai dini hari disertai petir dan angin kencang. Tetapi bukan puting beliung karena miliki kecepatan di bawah 40 knots.”

Meski berbagai wilayah di Riau terjadi hujan, Sugarin menegaskan, tapi bukan berarti provinsi tersebut terbebas dari bahaya kebakaran hutan dan lahan terutama lahan gambut.

Seperti diketahui, luas total wilayah daratan di Riau sekitar 8,9 juta hektare dan 49 persen atau 4,36 juta hektare merupakan hutan dan lahan gambut rentan terbakar saat musim kering.

“Gambut tiga hari tidak turun hujan, maka dianggap kering. Terus yang jadi masalah adalah perilaku (manusia). Kita tidak bisa ‘men-zero-kan’ kebakaran hutan dan lahan.”

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu