Padang, aktual.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Iklim Sicincin Sumatera Barat mengungkapkan sejumlah daerah di provinsi itu mulai mengalami kekeringan karena tidak turun hujan sejak dua bulan terakhir.

“Tidak hanya daerah zona musim tetapi daerah pesisir pantai juga mengalami penurunan curah hujan,” kata Pengamat Meteorologi Geofisika Analisis Iklim BMKG Staklim Sicincin Rizky A. Saputra di Padang, Kamis (22/8).

Ia menyampaikan daerah yang mengalami kekeringan, antara lain Kabupaten Dharmasraya, Kota Bukittinggi, Kota Padang, Kabupaten Limapuluh Kota, Pasaman, Pesisir Selatan, Sijunjung, Solok, Solok Selatan, dan Tanah Datar. Masyarakat di sejumlah daerah itu mulai merasakan dampak penurunan ketersediaan air.

“Daerah Sitiung di Kabupaten Dharmasraya saat ini mengalami hari tanpa hujan yang sangat panjang sudah lebih dari 30 hari,” kata dia.

Ia menyampaikan untuk daerah Koto Besar dan Koto Salak di Dharmasraya hingga saat ini sudah lebih dari 20 hari tanpa hujan.

Ia mengatakan hari tanpa hujan dengan kategori sangat panjang, yaitu 30 sampai 60 hari, harus diwaspadai sehingga tidak menimbulkan dampak kerugian yang lebih besar.

“Oleh sebab itu langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perlu untuk disiapkan dalam mengatasinya,” katanya.

Ia menyampaikan di Sangir Jujuhan di Solok Selatan tercatat hari tidak hujan selama 31 hari dengan jumlah curah hujan 47,5 milimeter dalam 50 hari, sedangkan sejak Juli hingga saat ini hujan turun hanya tiga hari.

“Bahkan berdasarkan data yang dihimpun di daerah Sungai Kunyit Sangir Balai Janggo juga sudah mulai krisis air bersih,” kata dia.

Oleh karena itu, pemangku kepentingan terkait harus mewaspadai dampak kekeringan pada sektor pertanian.

Sekitar 100 hektare areal persawahan warga di Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, di Solok Selatan terancam gagal panen karena turunnya debit air Sungai Batang Sangir sehingga tidak mampu mengaliri pertanian masyarakat.

BMKG memperkirakan dalam 10 hari ke depan peluang curah hujan hanya kategori rendah hingga menengah.

Untuk itu, katanya, perlu antisipasi penyesuaian pola tanam di daerah musim kering pada sawah tadah hujan dengan menyesuaikan tanaman, seperti hortikultura berumur pendek atau menunda tanam.

Selain itu, perlu pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan atau ladangnya sehingga membuat rendahnya titik api di Sumatera Barat.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin