Surabaya, Aktual.com – Staf Informasi dan Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, Eko Prasetyo mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai terjadinya kebakaran, utamanya kebakaran hutan, dampak pemanasan maksimal akibat pergerakan semu matahari.

“Pergerakan semu matahari dari belahan bumi utara ke selatan yang sekarang terjadi berdampak terjadinya pemanasan maksimal dan mudah memicu kebakaran,” katanya di Surabaya, Jumat (30/10).

Menurut dia, pergerakan semu matahari dari belahan bumi utara ke selatan telah menyebabkan peningkatan suhu udara dari biasanya. Suhu udara lebih terik ketimbang sebelumnya.

Ia mencontohkan, suhu udara di Banyuwangi dan Surabaya yang biasanya hanya sekitar 30 derajat Celcius, pada 29 Oktober lalu suhu udara mencapai 38,1 derajat Celcius dan 36,1 derajat Celcius.

Suhu udara yang terik tersebut diprakirakan akan berlangsung sampai November dan kemudian berangsur turun sampai musim hujan tiba yakni pada akhir November dan awal Desember 2015.

Dengan demikian, kemarau panjang dampak El Nino ditambah dengan pemanasan maksimal akibat pergerakan semu matahari sangat mudah memicu kebakaran ranting-ranting pohon di hutan yang mengering.

Sejumlah kawasan hutan di Jatim beberapa waktu terakhir mengalami kebakaran, di antaranya hutan di lerang Gunung Lawu dan sekitarnya, hutan di Gunung Lemongan, hutan di Gunung Penanggungan, hutan di Gunung Wilis, hutan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan hutan di Pegunungan Hyang Argopuro.

Eko menjelaskan, titik panas (hotspot) di kawasan yang terbakar di Jatim tersebut berdasarkan pengamatan satelit kini tidak tampak. “Tapi itu bukan berarti benar-benar padam, atau sudah tidak ada lagi. Sebab, suhu permukaan bumi yang terdeteksi sebagai hotspot adalah yang lebih dari 42 derajat Celcius dengan luasan sekitar satu kilometer persegi. Karena itu, tetap harus waspada,” katanya menegaskan.

Sementara itu, menyinggung cuaca di perairan ia mengemukakan perairan di Laut Jawa dan selatan Pulau Jawa dalam dua hari ke depan cukup kondusif. Di perairan Laut Jawa dan Samudera Hindia tinggi gelombang maksimal hanya dua meter dengan kecepatan angin sekitar 40 kilometer per jam.

Eko menambahkan bahwa Jatim saat ini sudah memasuki masa peralihan musim atau masa pancaroba yang ditandai dengan adanya hujan di beberapa daerah secara sporadis, angin cenderung kencang sekitar 36 kilometer per jam dan sejumlah daerah cenderung mulai lebih lembab dari biasanya.

“Meski yang terjadi pada masa pancaroba saat ini bukan angin puting beliung, tapi tetap harus diwaspadai agar tidak menimbulkan bencana. Angin puting beliung biasanya baru muncul ketika sudah mendekati musim hujan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: