Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid memberikan keterangan pers soal kecelakaan kapal yang mengangkut TKI ilegal di Jakarta, Rabu (9/11/2016). Nusron Wahid meminta kepada pemerintah yakni Kementerian Tenaga Kerja sebagai regulator untuk melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri dan memangkas birokrasi pengurusan administrasi TKI agar tidak mahal dan panjang.

Jakarta, Aktual.com – Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengaku mendapatkan informasi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bahwa ginjal TKI, Sri Rabitah masih ada. Informasi itu didapat melalui proses pra operasi yang dilakukan tim dokter RSUD Provinsi NTB.

“Pra operasi untuk pra operasi dinyatakan bahwa ginjalnya masih ada. jadi kita ngumpul data ini,” ujar Nusron di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (28/2).

Lebih lanjut, Ia mengatakan, Proses pra operasi membutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Sementara, kata Nusron, tim dokter akan melakukan operasi dalam satu hingga 2 minggu ini untuk mengecek dugaan ginjal Sri yang hilang. Hasilnya baru akan diumumkan pada 2 Maret mendatang.

“Nah untuk pra operasi ini membutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Nah diwaktu 1-2 minggu ini kita akan lakukan operasinya itu tanggal 2 Maret 2017 nanti dicek apakah benar ginjalnya masih ada atau tidak,” terangnya.

Meski demikian, informasi soal ginjal Sri yang tidak hilang ini belum 100 persen valid. Karenanya, untuk mengetahui hasil detil operasi baru akan diketahui pada 2 Maret mendatang.

“Tapi ini pra yang namanya pra operasi itu tidak 100 persen betul. Tetapi juga ada unsur kesalahahannya. Untuk buktikan apakah benar apakah tidak akan dilakukan pada tanggal 2 Maret nanti untuk lihat secara utuh,” jelas Nusron lagi.

Nusron menuturkan, pihaknya telah menanyakan Pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS) untuk meminta penjelasan soal penempatan Sri. Jika terbukti ginjal Sri hilang karena praktik jual beli organ tubuh, maka BNP2TKI akan mencabut izin perusahaan penyalur Sri, PT BLK-LN Falah Rima Hudaity Bersaudara. Serta mengambil langkah hukum dengan menuntut majikan Sri di Qatar.

“Hari ini tadi jam 10, PPTKIS yang mengirimkan ini sudah kita panggil ke kantor untuk melihat sejauh mana penanganan lebih lanjut. Kalau memang sampai terbukti betul pertama PTnya kita cabut izinya . Kedua majikannya kita tuntut kalau betul terbukti tetapi kita akan percaya dari dokter terlebih dahulu,” tegasnya.

Nusron juga mengaku akan memanggil PT BLK-LN Falah Rima Hudaity untuk dimintai klarifikasi. Pihak KBRI di Qatar juga telahbergerak memanggil majikan Sri.

“Ini bersamaan terjadi di sini kita memanggil PT-nya. KBRI Qatar itu memanggil majikan. Sama juga mungkin hari ini sore jam 6 kita dapat hasil dari sana pertemuan dengan majikan yang ada disana,” pungkasnya.

Sebelumnya diketahui, Sri beberapa tahun lalu sempat bekerja di Doha, Qatar. Diduga, ginjalnya diambil saat itu bekerja di negara yang berada di kawasan Timur Tengah itu.

Kisah itu berawal pada 2014. Saat itu, Sri yang baru saja pulang dari Malaysia ditawari buat bekerja di Abu Dhabi oleh seorang perempuan bernama Ulfah. Sri kemudian dibawa oleh perempuan yang beralamat di Batu Keruk Akar-akar itu melaksanakan cek kesehatan di Mataram.

Kemudian, setelah dinyatakan lulus cek kesehatan, Sri dibawa ke PT BLK-LN Falah Rima Hudaity Bersaudara di Jakarta untuk menjalani pelatihan untuk penempatan di Abu Dhabi. Pada 27 Juni 2014, Sri bersama 22 orang lainnya diberangkatkan menuju Abu Dhabi.

Namun Sri justru dikirim ke Doha, Qatar. Di sana dia bekerja pada majikan bernama Madam Gada. Informasi yang beredar di media, Senin (27/2), setelah satu minggu bekerja, Sri dibawa oleh sang majikan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan karena dianggap lemah.

Sri dibawa ke ruang operasi dengan alasan untuk mengangkat penyakit. Sri lantas disuntik hingga tak sadarkan diri. Setelah seminggu pelaksanaan operasi, Sri dikembalikan ke PT Aljajira Qatar karena dianggap tidak bisa bekerja dan lemah sebagai asisten rumah tangga.

Sesampainya di PT tersebut Sri mengalami tindakan kekerasan karena dianggap tidak bisa bekerja. Sri pun dipindah-pindah kerja dengan alasan PT tidak mau tahu Sri harus bekerja.

Sri akhirnya dikirim pulang dengan tidak digaji dan hanya sampai Surabaya. Setibanya di Surabaya, Sri dibantu oleh seseorang dan dipulangkan ke Lombok.

Sekitar Juli 2014, Sri sampai di rumah dan beraktivitas seperti biasa. Namun Sri sering mengalami sakit sakit. 3 tahun kemudian tepatnya Februari 2017, Sri melakukan cek kesehatan ke RSUD Tanjung.

Setelah diperiksa dan melihat hasil rongen, ternyata ginjal sebelah kanan Sri tidak ada dan sudah diganti dengan pipa plastik. Saat ini Sri sedang menunggu jadwal operasi untuk mengangkat pipa yangg ada di tubuhnya.

Nailin In Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby