Sejumlah pengungsi Gunung Agung beraktivitas di tempat penampungan di GOR Suwecapura, Klungkung, Bali, Minggu (1/10). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga saat ini jumlah pengungsi Gunung Agung telah mencapai 141.509 orang yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh Bali. AKTUAL/Tino Oktaviano

Karangasem, Aktual.com – Direktur Bantuan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)‎, Eko Budiman ‎mengaku telah menyampaikan segala kebutuhan bagi pengungsi bencana Gunung Agung. Pada rapat lintas stakeholder yang digelar Senin (16/10) sore, Eko menyebut salah satu hal yang perlu dipikirkan bagi pengungsi adalah “bilik cinta”.

‎”Kami kan sudah memberikan semacam warning ya. Ini kita sudah minggu keempat, pengungsi juga sudah tinggal di tempat pengungsian sudah hampir empat minggu. Apa yang mereka dapat? Apa hanya cukup makan dan minum kebutuhan dasarnya, atau masalah yang seperti tadi kita pikirkan (bilik cinta),” kata Eko‎, Senin.

Menurutnya, hal tersebut penting untuk diperhatikan lantaran kebutuhan manusiawi. “Masalah kayak gitu (bilik cinta) kan manusiawi,” ujarnya.

Nantinya, jika bilik cinta disiapkan, penting untuk diperhatikan di mana lokasi tepatnya. Meski dalam situasi darurat, namun privasi pengungsi juga tetap harus dijaga. “Kalau kita mempersiapkan bilik cinta seperti itu, di mana tempatnya yang orang itu tidak merasa terganggu privasinya. Saya sudah sampaikan tadi di dalam rapat,” tuturnya.

Sebagai misal, Eko melanjutkan, bilik cinta tak boleh berdekatan dengan titik pengungsian. “Nanti orang mau masuk ke situ sudah jadi tontonan orang banyak. Akhirnya tidak jadi masuk situ. Sementara kalau mereka mau cari kebun tidak ada pula,” katanya. Persoalan kebutuhan biologis pengungsi juga terkadang menjadi alasan bagi mereka untuk kembali ke rumah meski berada di zona bahaya Gunung Agung.

“Akhirnya satu-satunya jalan apa, mereka pulang ke rumahnya. Itu juga jadi salah satu alasan mereka kembali lagi ke rumah. Kan tidak enak toh dilihat sama anak-anaknya. Papa sama mama ngapain itu berdua-duaan. Kan susah jawabnya itu,” ucap Eko.

Jika pun dibuatkan, Eko berharap nantinya bilik cinta itu tak dipakai bergantian dalam jumlah banyak. ‎”Habis pasangan satu gantian pasangan lain masuk, itu tidak manusiawi lah. Itu harus dipikirkan. Kita ini manusia. Kalau binatang sama kita-kita ini tidak malu,” ungkap dia.

“Atau misalnya nunggu orang tidur di tenda pengungsian. Tengok sini, tengok sana masih ada yang tidur ada juga yang belum. Lalu dia nunggu terus, ya tidak mungkin juga kan. Kalau malam itu kan tempat pengungsian terang benderang begitu kan,” tambah Eko.
Laporan Bobby Andalan, Bali

Artikel ini ditulis oleh: