Jakarta, Aktual.co —Kesiapan masyarakat di Indonesia mengahadapi bencana belum optimal sehingga perilaku siaga bencana harus ditingkatkan, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho.

“Memang ada peningkatan pengetahuan tentang bencana, tapi belum menjadi perilaku sehingga kesiapan menghadapi bencana masih rendah,” katanya di Jakarta, Kamis (4/12).

Ia mengatakan berdasarkan penelitian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana masih rendah.

Bencana tsunami pada 2004 di Aceh dan rentetan bencana alam lainnya di Tanah Air, kata dia, memunculkan cara pandang baru tentang bencana.

“Masyarakat mulai paham bahwa bencana bisa menimpa siapa saja dan kapan saja, tapi ternyata pengetahuan itu belum mengubah perilaku,” katanya.

Masyarakat, kata Sutopo, pada umumnya mengerti tentang penyebab bencana tapi tidak menunjukkan perilaku untuk mengantisipasi bencana.

Contohnya, kata dia, bencana banjir karena saluran air tersumbat akibat pembuangan sampah ke sungai-sungai dan kali serta gorong-gorong.

“Mereka sudah tahu bahwa sampah-sampah itu bisa menyumbat saluran air akibatnya banjir, tapi masih membuang sampah ke sungai,” ucapnya.

Selain perilaku, tingkat kemandirian masyarakat dalam menghadapi bencana juga masih rendah. Bahkan bagi sebagian kelompok masyarakat, bencana dipandang sebagai ajang untuk meraup sebanyak-banyaknya bantuan sosial.

Meski demikian, BNPB terus meningkatkan program kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggulangi bencana lewat berbagai pelatihan dan pendidikan.

Anggaran untuk tanggap darurat juga disediakan di BNPB sebesar Rp75 miliar yang dialokasikan ke daerah-daerah yang terkena bencana alam.

“Tidak hanya dana tanggap darurat, kami juga menyiagakan bantuan personel untuk menanggulangi bencana,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid