Karangasem, Aktual.com – Kepala Pusat Data Informasi an Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana!(BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan jika aktivitas vulkanik Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali masih tetap tinggi. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (VPMBG) melaporkan hingga Rabu siang (27/9) pukul 00.00-18.00 WITA, terpantau 329 kali gempa vulkanik dangkal, 444 kali gempa vulkanik dalam, dan 56 kali gempa tektonik lokal. Jumlah gempa ini lebih banyak daripada Selasa (26/9) kemarin. Bahkan gempa dirasakan juga meningkat.
“Secara visual asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncak,” kata Sutopo, Rabu (27/9).
“Pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung. Peluang terjadinya letusan cukup besar. Namun tidak dapat dipastikan kapan akan meletus secara pasti,” tambah Sutopo.
Jumlah pengungsi terus bertambah. Hingga Rabu (27/9), pengungsi mencapai 96.086 jiwa di 430 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota. Sebaran pengungsi tersebut adalah di Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa) dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa)
Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan. Meningkatnya jumlah pengungsi ini karena masyarakat yang berada di luar zona berbahaya pun juga ikut mengungsi. Sebab masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang. Selain itu juga faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung.
Secara umum kebutuhan dasar pengungsi mencukupi. Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi. Gotong royong, solidaritas dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana baik.
“Sampai kapan masyarakat mengungsi tidak dapat diperkirakan, tergantung dari Gunung Agung. Selama status awas, maka masyarakat tidak diizinkan melakukan aktivitas di radius berbahaya,” tegas Sutopo.
Untuk memberikan peringatan dini, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung, yaitu di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang. Sirine ini dipasang sebagai sarana peringatan kepasa masyarakat agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung.
“Sirine ini mampu melayani masyarakat dengan kekuatan bunyi bisa mencapai 2 kilometer. Sirine dibunyikan secara manual oleh petugas jaga yang terhubung Pos Komando Utama di Karangasem,” jelas dia.
Selain itu juga dipasang rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya. Peta radius berbahaya letusan Gunung Agung ditetapkan di peta. Di lapangan tidak ada tandanya, sehingga masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari radius berbahaya. Rambu itu bertuliskan “Anda saat ini berada di radius 9 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung” dan sejumlah peringatan lainnya.
Laporan Bobby Andalan, Bali
Artikel ini ditulis oleh: