Jakarta, Aktual.com — Masuk musim kemarau yang mengakibatkan sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan menjadi perhatian pemerintah, terutama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Setidaknya, saat musim kemarau yang dialami tiap tahun terjadi defisit air hingga sekitar 20 miliar meter kubik.
“Di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sudah defisit air sejak lama. Saat musim kemarau di wilayah tersebut terjadi defisit air sekitar 20 milyar meter kubik. Bahkan berdasarkan kajian Bappenas (2003), di Jawa ada 92 kab/kota yang memiliki defisit air selama 1-8 bulan, dimana 38 kab/kota mengalami defisit air lebih dari 6 bulan dalam setahunnya. Itulah yang menyebabkan kekeringan pasti terjadi,” ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya yang diterima Aktual di Jakarta, Sabtu (1/8).
Saat ini, sambung Sutopo, kekeringan telah melanda 16 provinsi meliputi 102 kab/kota dan 721 kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015. 111 ribu hektar lahan pertanian juga mengalami kekeringan dan diperkirakan kekeringan akan meluas.
“Berdasarkan analisis BMKG dan LAPAN, pada bulan Juli – November 2015 kondisi iklim di wilayah Indonesia terutama yang berada di bagian selatan khatulistiwa dipengaruhi El Nino Moderate, bahkan pada November 2015 akan berpeluang menguat,” bebernya.
“Kondisi ini akan memberikan efek pada tingkat intensitas dan frekuensi curah hujan akan semakin berkurang dan bahkan kemungkinan awal musim penghujan 2015/2016 di beberapa wilayah akan mengalami kemunduran,” tambah dia.
Untuk diketahui, 16 provinsi yang mengalami kekeringan adalah Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bengkulu, Papua, NTB, NTT, Sumsel, Sulsel, Lampung, Riau, Kalsel, Kalteng dan Bali. Kekeringan paling banyak terjadi di Jateng, Lampung, Jabar, Jatim, Sumsel, dan NTB.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang