Jakarta, Aktual.com — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Tito Karnavian mengatakan, BNPT memiliki program jangka pendek berupa penanganan terorisme di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
“Saya akan fokus jangka pendek mengenai Poso,” kata Tito kepada wartawan usai dilantik sebagai Kepala BNPT oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/3).
Polri dan TNI, ujar dia, saat ini sedang menggelar Operasi Tinombala untuk menangkap kelompok teror pimpinan Santoso, yang bersembunyi di daerah pegunungan di Poso.
“Operasi Tiombala sedang berjalan. Polri didukung TNI. Saya juga jadi fokus utama untuk itu. karena saya 1,5 tahun di sana dan saya malah sudah buat buku 500 halaman.”
Dia mengaku tahu kondisi Poso dan banyak tahu peta situasi di Poso. Yang perlu dilakukan saat ini, kata dia, adalah mempertajam posisi Brimob dan TNI yang sedang menggelar operasi Tinombala, untuk memutus pasokan logistik dan informasi dari kawasan perkotaan.
“Itu tugas teman-teman intelejen dan BNPT karena Poso itu spesifik. Itu daerah pascakonflik. Saya paham betul situasi kebatinan di sana. Perlu ada pendekatan dengan berbagai cara pendekatan termasuk ekonomi dan masalah lapangan pekerjaan.”
Ditanya tentang keterlibatan warga asing dalam kasus Poso, lulusan terbaik Akademi Kepolisian tahun 1987 dan pemegang gelar akademik doktor ilmu kepolisian itu mengatakan, bahwa jumlah warga Tiongkok yang bergabung dengan kelompok Santoso berjumlah tujuh orang.
“Tiga tertangkap dan sisanya tinggal empat orang.”
Sementara itu, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi meyakini Tito akan membantu penangkapan Santoso dan para pengikutnya.
“Saya yakin kehadiran Pak Tito Karnavian di BNPT akan sangat membantu penangkapan Santoso dan juga program deradikalisasi di Kabupaten Poso,” kata Rudy Sufahriadi dalam silaturahmi dengan jajaran pers di Palu.
Rudy berharap Tito bisa segera berkunjung ke Sulteng, khususnya Poso, setelah dilantik menjadi Kepala BNPT.
Menurut Rudy yang Kapolres Poso pada 2005-2017 itu, ada dua hal penting terkait penanggulangan terorisme di Poso dewasa ini, yakni menangkap Santoso selaku pemimpin Mujahiddin Indonesia Timur dan para pengikutnya yang telah membai’at diri untuk ISIS, serta program deradikalisasi.
“Baik Santoso maupun ajaran radikal yang disebarkannya selama ini di Poso sama-sama berbahaya untuk bangsa ini. Namun sebelum kita lebih gencar melakukan program deradikalisasi, Santoso selaku pemimpin penyebaran ajaran radikal itu harus ditangkap dulu.”
Rudy yang nyaris tewas ditembak teroris anak buah Santoso saat menjadi Kapolres Poso pada 2005 itu optimistis, Santoso segera tertangkap, dan setelah Santoso tertangkap nanti, maka polisi bersama BNPT akan lebih gencar lagi dalam program deradikalisasi di Poso.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu