Solo, Aktual.com — Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Irfan Idris menyebutkan, media memiliki peran penting, bahkan dijadilakan alat oleh para pelaku redakalisme .
“Media memiliki fungsi sangat besar terhadap radikalisme, baik saat melakukan rekrutmen anggota baru hingga rencana aksi kekerasan yang terjadi,” kata Irfan di Solo, Jumat (7/10).
Irfan Idris mengatakan dengan media tersebut, maka para pelaku radikalisme dengan mudah melakukan rekrutmen terhadap anggota baru. “Radikalisme dahulu belum ada media, masih melakukan dengan cara dari rumah ke rumah melalui persaudaraan dan pertemanan seperti kasus bom Bali.”
Seperti halnya di kasus bom di Polres Cirebon 2012 silam. Kebanyakan mereka belajar melalui media internet, yang saat ini mudah diakses. “Kita tidak menyalahkan situs-situs seperti itu, tetapi perlu situs yang lebih kuat untuk dapat mengimbangi situs yang klebih moderat guna mencegah radikalisme.”
Senada, salah satu mantan aktivis kelompok radikal di Indonesia Yudi Zulfahri mengatakan, peran media sangat penting terhadap baik kelompok radikalisme maupun deradikalisme.
“Media sangat penting untuk mencegah adanya kelompok radikalisme. Media menjaga netralitas akan dipercaya oleh kelompok radikal,” ujar dia.
Sedangkan Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul menilai media mempunyai peras besar dalam membangun konstruksi pemahaman masyarakat, termasuk dalam mengajak partisipasi dalam semua aktivitas.
Menurut Ans melalui kegiatan pengembangan media liberasi untuk menangkal paham radikal terorisme dan kekerasan, masyarakat.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu