“Kalau kita lihat surplus produksi beras yang disampaikan Kementan, selama 2016 sampai 2018, total surplus 44 juta ton. Kalau demikian kita seharusnya tak perlu tanam padi kalau surplus itu ada,” ungkapnya.

“Tetapi, faktanya ada impor 1,7 juta ton per tahun. Ini yang membuat akhirnya gamang. Ini situasi seperti apa? Januari 2019 bisa saja mengulang Januari 2018, saat itu kita impor 12.500 ton,” lanjut Yeka.

Dia menambahkan, klaim fantastis Amran juga merambah di komoditas jagung. Meski BPS belum mengeluarkan data jagung, tetapi faktanya impor jagung dan peternak ayam kesulitan mencari sumber jagung yang berkualitas.

“Jagung belum seperti beras ada data di BPS. Tetapi merujuk pada data Kementan dengan BPS yang 43 persen underestimated, jangan sampai jagung seperti itu,” bebernya.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi di kesempatan sama, merasakan kualitas pakan ternak setiap waktu semakin memburuk. Bahkan, kandungan kualitas jagung di pakan ternak menurun, yang dari 50 persen menjadi 25 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid