Jakarta, Aktual.com — Komisi Yudisial disarankan mengandeng Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dalam membongkar kasus dugaan enam hakim agung yang berkongsi mengelola bisnis rumah sakit bersama seorang pengacara, Safitri Hariyani Saptogino.

Hal tersebut, lantaran KY mengaku kesulitan membongkar bisnis yang diduga terkait dengan PK kasus gembong narkoba yang juga pemilik pabrik ekstasi di Surabaya, Hanky Gunawan.

“KY bisa bekerjasama dengan PPATK untuk membongkar jaringan atau aliran dana pada rumah sakit tersebut,” ujar Pengamat Anggaran Politik dan Direktur Centre For Budget Analysis (CBA), Ucok Sky Khadafi, ketika berbincang dengan Aktual.com, Selasa (23/6).

Ucok mengatakan, KY mesti aktif mencari cara agar kasus tersebut dapat dituntaskan.”Jangan terbatas pemikiran KY,” kata dia.

Oleh karenanya, menurut Ucok, KY tak perlu menunggu laporan baru untuk mengungkap perkara ini.

Sebelumnya, KY membuka peluang untuk melakukan penyelidikan baru, dengan catatan adanya laporan serta bukti baru yang diterima. (Selengkapnya: KY Tunggu Laporan Baru Kasus Bisnis Anak Hakim Agung).

Salah satu media nasional membeberkan adanya dugaan bisnis keluarga enam anak hakim agung bersama pengacara bernama Safitri Hariyani Saptogino. Bisnis berupa rumah sakit itu, tercium tidak lama usai perkara PK kasus gembong narkoba yang juga pemilik pabrik ekstasi di Surabaya Hanky Gunawan divonis hukuman mati dalam putusan kasasi MA.

Putusan diketok palu pada Agustus 2011. Dalam sidang PK, majelis hakim yang beranggotakan hakim agung Imron Anwari, Ahmad Yamanie dan Nyak Pha mengubah hukuman Hanky Gunawan menjadi 15 tahun penjara.

Pasca putusan tersebut, KY membentuk majelis kehormatan hakim guna menyelidiki vonis itu. Dalam penyelidikan ditemukan tulisan tangan Yamanie mengubah putusan PK Hanky dari 15 tahun menjadi 12 tahun penjara.

Majelis sebenarnya meminta Yamanie dipecat, tetapi MA hanya meminta Yamanie mengundurkan diri.

Setelah itu, KY kemudian menerima informasi dari BNN yang menengari adanya aliran dana mencurigakan tidak lama setelah putusan PK diketuk palu.

Penyelidikan oleh tim biro investigasi KY kemudian memunculkan nama pengacara Safitri Hariyani Saptogino.

Safitri, pengacara sekaligus kurator ternyata memiliki jaringan kepada hakim agung Imron Anwari dan Yamanie melalui bisnis rumah sakit di Cikampek bernama Aqma dulunya bernama Izza.

Anak-anak kedua hakim agung tersebut menjadi direktur utama dan direktur sekaligus pemegang saham di rumah sakit tersebut.Sementara keluarga pengacara Safitri menjadi pemegang saham mayoritas.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby