Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio (kedua kiri) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hassyarbaini, serta Direktur Pengembangan BEI, Hosea Nicky Hogan saat memberikan penjelasan pada jumpa pers di Galeri BEI, Jakarta, Kamis (27/8). Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan ada 14.000 transaksi kena batas bawah auto rejection. Enam Anggota Bursa (AB) dicurigai lakukan short selling. Tito mengaku tak habis pikir ada sejumlah perusahaan raksasa yang mengeruk begitu banyak sumber daya alam di Indonesia tapi mencatatkan sahamnya di luar negeri. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com —  Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengasumsi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 akan berada di kisaran 5,3%.

“Menyambut ekonomi 2016, BEI mengadakan rapat umum dengan para pemegang saham. Dari hasil rapat diperkirakan pertumbuhan ekonomi 2016 pada kisaran 5,3 persen,” ujar Tito Sulistio setelah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI Jakarta, Selasa (28/10).

Lebih rinci dirinya menyampaikan bahwa asumsi tersebut didapat dengan mematok suku bunga acuan berada pada level 7,5% dengan laju inflasi di kisaran 4%.

Selain itu, suku bunga deposito tahun depan sebesar 7,65% sehingga dan Rupiah berada di kisaran Rp13.900.

Berdasarkan pengakuan Tito Sulistio, penetapan asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut diperkuat dengan nilai positif transaksi.

“Angka itu efek dari aktivitas transaksi akibat diberlakukan peraturan free float emiten minimum 7,5% yang akan efektif berlaku pada januari 2016 mendatang,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka