Bandung, Aktual.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat menyebut, korban banjir bandang di sejumlah Kabupaten Garut kemungkinan bertambah.
“Korban dikhawatirkan bisa bertambah. Tapi sejauh ini yang sudah ditemukan tewas, 16 orang. Yang hilang masih didata, juga yang luka,” kata Kepala BPBD Provinsi Jawa BaratHaryadi Wargadibrata ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (21/9).
Haryadi yang sejak pagi sudah berada di lokasi kejadian mengatkan, pihaknya sudah mengerahkan tim khusus yang menjadi tim pendahulu terdiri dari petugas data informasi, SAR, logistik. Sebanyak 20 orang ke lokasi banjir bandang di Kabupaten Garut.
“Jadi tim ini akan mendata berapa jumlah korban, terdampak, dan kerugian materiil yang ditimbulkan.”
Saat ini tercatat 16 orang ditemukan tewas dan sejumlah orang lainnya hilang akibat banjir bandang yang melanda Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sedangkan terkena dampak sekitar 500 keluarga di tujuh kecamatan.
Meski air sudah surut, ratusan relawan dan petugas penyelamat dan bantuan dari berbagai lembaga terus melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
Banjir bandang terjadi akibat hujan yang turun sejak, Selasa (20/9) dengan intensitas tinggi ditambah tingginya tingkat kerentanan tanah, serta meluapnya Sungai Cimanuk ke tujuh kecamatan tersebut.
Sedangkan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan korban banjir bandang yang melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Garut dan Kabupaten Sumedang sudah disalurkan bantuan. Bantuan tersebut berupa makanan, peralatan tidur, hingga dapur umum.
“Bantuan sudah, tidak ada masalah. Bantuan dalam arti makanan, selimut, dapur umum. Keperluan bagi para pengungsi juga sudah ada, sudah memadai,” kata dia.
Saat ini Tim Reaksi Cepat BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat memberikan pendampingan penanganan darurat BPBD Garut dan BPBD Sumedang.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat. Beras dan permakanan diperlukan untuk penanganan pengungsi.
“Masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor. Hujan akan terus meningkat hingga puncaknya Januari 2017 mendatang,” kata dia.
La Nina, dipole mode negatif dan hangatnya perairan laut di Indonesia menyebabkan hujan melimpah, lebih besar dari normalnya sehingga dapat memicu banjir dan longsor.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu