Surabaya, Aktual.com – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Sudharmawan, mengungkapkan bahwa dari 38 kab/kota di Jawa Timur, sedikitnya ada 32 kab/kota yang yang berpotensi banjir dengan intensitas sedang dan tinggi. Kab/kota tersebut biasa terdampak banjir akibat luapan sungai.
“Sembilan puluh persen jatim itu rawan. Misalnya, luapan air di Bengawan Solo, itu bisa mengakibatkan banjir di wilayah pantura seperti Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Ngawi, Tuban. Kemudian banjir akibat luapan sungai provinsi adalah Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Pacitan,” kata Sudharmawan, di Surabaya, Senin (26/9).
Sementara di wilayah selatan dan timur, ada beberapa daerah yang terkena dampak luapan air Sungai Brantas, seperti; Malang Raya, Jombang, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang serta Banyuwangi dan Jember.
“Nah, kalau untuk di pulau Madura dampak luapan Sungai Kemuning, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep,” urainya.
Selain banjir, lanjut Sudharmawan, di Jawa Timur ada 22 kab/kota yang berpotensi untuk bencana longsor, diantaranya Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Ngawi, Tuban, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Malang, Jombang, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Banyuwangi, Jember, Sampang dan Pamekasan.
Sudharmawan menjelaskan, jika banjir selalu terjadi pada musim hujan. Tetapi untuk bencana longsor hampir terjadi di semua musim.
“Misalnya kalau musim kemarau, biasanya terjadi saat musim transisi dari kekeringan ke musim hujan,” terangnya.
Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam tersebut, Darmawan mengaku sudah mengeluarkan peringatan dini waspada banjir dan longsor. Bahkan, pihaknya telah menyiapkan strategi tanggap bencana dengan menyiapakan peralatan dan logistik di setiap daerah, serta menyiapkan jalur evakuasi dan lokasi evakuasi dan berlangsung situasional.
“Untuk itu, kita selalu berkoordinasi dengan teman-teman BPBD di daerah untuk rutin melakukan pengecekan di hulu-hulu sungai,” tutupnya.
(Laporan: Ahmad H Budiawan)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka