Sedangkan pemeriksaan kinerja berpedoman pada International Standards for Supreme Audit Institutions (ISSAI) bertujuan untuk menilai efektivitas manajemen program IAEA untuk meningkatkan layanan kepada negara anggota. Dalam hal ini, area kunci yang telah disepakati meliputi manajemen bahan bakar terpakai pada pembangkit tenaga nuklir, laboratorium hidrologi isotop, layanan analitis safeguards (verifikasi nuklir), dan kerja sama teknis.
Walaupun IAEA berhasil meraih Opini WTP dan melaksanakan manajemen program menggunakan pendekatan hasil secara memadai, Ketua BPK kembali menegaskan hal-hal penting yang perlu medapatkan perhatian dan perbaikan oleh manajemen untuk tata kelola IAEA yang lebih baik, antara lain yaitu IAEA harus mempercepat pengesahan kerangka akuntabilitas dan pengendalian internal sehingga memperkuat pengendalian internal yang sudah dilaksanakan secara memadai.
“Selanjutnya, isu umum yang mengemuka pada agensi-agensi di PBB terkait Asuransi Kesehatan Pasca Kerja, IAEA wajib membentuk rencana pendanaan yang mengurangi risiko ketidakcukupan pembayaran atas utang asuransi dimaksud,” kata Moermahadi.
Sedangkan peningkatan yang perlu dilaksanakan pada pemeriksaan kinerja adalah perlunya membangun sistem informasi yang mengintegrasikan pembelajaran di masa lalu (lessons learned) dengan perencanaan program yang berdasarkan identifikasi risiko secara memadai dengan memasukkan arah yang lebih jelas ke depan terkait pengukuran dan evaluasi atas “output” dan dampak suatu atau gabungan beberapa program yang paling rasional dapat dicapai.
Terkait dengan manajemen laboratorium dan layanan analitis, IAEA harus meningkatkan proses dokumentasi pemeliharaan alat, memonitor dan mengevaluasi efisiensinya, serta memperlancar knowledge transfer management pada saat rotasi pegawai.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara