Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Penny K Lukito, mendorong percepatan pengembangan obat berbahan alam, termasuk fitofarmaka, jamu, dan obat tradisional yang sudah terstandar, sebagai langkah untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dalam acara “Dukungan Pasokan Bahan Baku Obat Alam yang Bermutu sebagai Basis Kemandirian Nasional Bahan Baku” di Jakarta pada Kamis, Penny menyatakan bahwa pengembangan obat berbahan alam harus menjadi fokus karena Indonesia memiliki potensi besar dalam keanekaragaman hayatinya.
“Pemanfaatan yang maksimal terhadap keanekaragaman hayati Tanah Air akan membuat Indonesia menjadi mandiri dalam bidang obat sehingga potensi ini harus terus dikembangkan,” kata Penny.
Pemerintah telah memberikan dukungan untuk memajukan industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing sektor tersebut di Indonesia.
Untuk menindaklanjuti Inpres tersebut, BPOM membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengembangan dan Peningkatan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka pada 2019. Satgas ini melibatkan seluruh kementerian/lembaga (K/L) terkait, industri, dan badan riset untuk memperkuat kerja sama dan mengembangkan jamu sebagai warisan budaya Indonesia.
Penny mengungkapkan bahwa sejauh ini telah terdaftar 15 ribu obat tradisional, 81 produk obat herbal terstandar, dan 22 produk fitofarmaka di BPOM. BPOM juga mendukung pemanfaatan obat berbahan alam ini di berbagai fasilitas kesehatan, klinik, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya melalui dukungan Kementerian Kesehatan.
“Harapannya ada anggaran khusus dari pemerintah untuk pemanfaatan dana-dana alokasi khusus. Ini agar bisa bergerak dan menjadikan suatu hasil yaitu perubahan,” kata Penny menegaskan.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Firgi Erliansyah