Namun demikian dirinya mencoba menggambarkan bagaimana pergeseran sesar secara singkat yang menyebabkan deformasi vertikal dan horizontal sejauh satu hingga 1,5 meter atau lima meter per detik bisa menyebabkan air seperti dikocok sampai menimbulkan tsunami hingga likuifaksi pada 28 September 2018 itu.

Hasil survei ini, menurut dia, juga telah disampaikan dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union (AGU) yang menjadi pertemuan terbesar para ilmuwan bumi dan luar angkasa di Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 hingga 14 Desember 2018.

Gempa 7,4 Skala Ricther (SR) yang berlanjut ke tsunami dan likuifaksi di Palu, Donggala dan Sigi menyebabkan lebih dari 2.000 nyawa hilang. Tercatat telah terjadi pergeseran di sesar mendatar Palu-Koro yang memicu tsunami yang membesar hingga 400 meter menerjang daratan.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid