Jakarta, Aktual.com — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan harga komoditas pangan yang terkendali menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada April 2016 sebesar 0,45 persen.

“Banyak harga komoditas yang turun, seperti padi-padian termasuk beras, daging, ikan segar, ikan olahan, telur dan bumbu-bumbuan,” ujar Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (2/5).

Dengan deflasi April sebesar 0,45 persen tersebut, maka inflasi tahun kalender Januari-April 2016 tercatat 0,16 persen dan laju inflasi secara tahunan (year on year) 3,6 persen. Sedangkan, inflasi inti pada April 2016 tercatat mencapai 0,15 persen, dan inflasi inti secara tahunan (year on year) 3,41 persen.

Menurut Suryamin, deflasi pada April 2016 merupakan yang tertinggi sejak periode tahun 2000, karena biasanya pada April terjadi inflasi maupun deflasi tipis.

“Kalau kita lihat, ini yang paling tinggi deflasinya sejak tahun 2000an, hanya kalah dari deflasi April 1999 yang waktu itu tercatat 0,68 persen,” ujarnya.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, komponen yang menyumbang deflasi pada April adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,6 persen, kelompok bahan makanan 0,94 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,13 persen.

“Kelompok transpor menyumbang deflasi karena adanya penurunan tarif angkutan dalam dan luar kota,” kata Suryamin.

Sementara, kelompok yang masih mengalami inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,35 persen, kelompok kesehatan 0,31 persen, kelompok sandang 0,22 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen.

Dari 82 kota IHK, sebanyak 77 kota menyumbang deflasi dan hanya lima kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi di Sibolga 1,79 persen dan deflasi terendah di Singaraja 0,06 persen.

“Dari 23 kota yang tercatat di Sumatera, dan 26 kota di Jawa, seluruhnya menyumbang deflasi pada April,” jelas Suryamin.

Sedangkan, kata Suryamin, inflasi tertinggi terjadi di Tarakan 0,45 persen dan inflasi terendah di Banjarmasin 0,04 persen

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka