Tampak pembangunan gedung bertingkat di Kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Dalam draf nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016, pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8-6,2 persen. Bank Indonesia punya pandangan berbeda. BI lebih pesimis dengan prediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih rendah dari target pemerintah. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com — Di tengah iklim ekonomi yang kurang bergairah, Badan Pusat Statistik (BPS) telah menjelaskan bahwa pada triwulan IV-2015, secara kuartal ke kuartal ( Q to Q) ekonomi Indonesia mengalami penurunan atau kontraksi hingga sebesar 1,83 persen.

Dalam penjelasan Kepala BPS, Suryamin mengatakan, penyebab terjadinya kontraksi lantaran dipengaruhi efek musim di Indonesia dan serangan EL-Nino yang menerpa pada berbagai komoditas.

“Secara Q to Q ekonomi mengalami kontraksi 1,83 persen. Hal ini didorong efek musim yang memburuk,” kata Suryamin dalam konferensi pers di kantor BPS, Gedung 3 lantai 1, Jalan Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta, Jum’at (5/2).

Adapun komoditas yang terdampak diantaranya bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan. Suryamin mencontohkan pada tanaman padi mengalami gangguan saat memasuki musim tanam dan berakibat pada penurunan hasil panen.

Untuk sektor kehutanan dan perikanan sendiri mengalami kontraksi hingga 23,34 persen. Selain itu, pada bidang lain penurunan juga terjadi pada lapangan usaha perdagangan dan pertambangan yang mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Dalam bidang perdagangan terjadi kontraksi pada penjualan beras eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 1,45 persen. Sedangkan pada usaha pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi mencapai 0,23 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka