Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi didampingi Anggota Komisi IV DPR RI, Maria Lestari dan Bupati Sambas, Satono saat melakukan Panen Padi Varitas Unggul Baru jenis Inpari 36 dan 37 dari Balitbang Kementan di Desa Lanom, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (19/8). (Foto: AKTUAL/Warnoto).
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi didampingi Anggota Komisi IV DPR RI, Maria Lestari dan Bupati Sambas, Satono saat melakukan Panen Padi Varitas Unggul Baru jenis Inpari 36 dan 37 dari Balitbang Kementan di Desa Lanom, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Kamis (19/8). (Foto: AKTUAL/Warnoto).

Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melansir Nilai Tukar Petani secara nasional pada Januari 2022 naik 0,30 persen dibandingkan Desember 2021 yaitu menjadi 108,67 dari 108,34, berdasarkan pantauan harga-harga perdesaan di 34 provinsi di Indonesia.

“Kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Januari 2022 disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam jumpa pers secara virtual di Jakarta, Rabu (2/2).

Margo menyampaikan pada Januari 2022 Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,81 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,50 persen.

“Beberapa harga komoditas juga memengaruhi meningkatkan indeks yang diterima petani, yaitu gabah, kelapa sawit, ayam ras, dan kopi,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono.

Kemudian komponen harga yang dibayar petani juga mengalami peningkatan karena naiknya harga beberapa komoditas, yakni daging ayam ras, minyak goreng, beras, dan rokok kretek filter.

Margo memaparkan kenaikan NTP Januari 2022 dipengaruhi oleh naiknya NTP di tiga subsektor pertanian yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,98 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,27 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar 0,43 persen.

Sementara itu Subsektor Perikanan relatif stabil dan Subsektor Tanaman Hortikultura mengalami penurunan sebesar 2,95 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi