Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menjamin independensi lembaga yang dipimpinnya sebab sebagai lembaga statistik resmi negara sudah seharusnya selalu bersikap independen.

“Itulah mengapa saya bilang independensi bagi BPS adalah harga mati. Kalau tidak independen, BPS tidak ada gunanya lagi,” kata Suhariyanto di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/11).

Menurut Suhariyanto, kalau lembaga statistik resmi suatu negara tidak independen dan dibuat hanya untuk menyenangkan pihak tertentu, maka lebih baik dibubarkan karena tidak ada lagi gunanya.

Kepala BPS mencontohkan kasus yang terjadi di Argentina pada sekitar tahun 2007. Kepala Negara di negara itu mencopot dan mengganti banyak jajaran badan resmi statistika karena angka inflasi selalu dua digit.

Setelah diganti, ternyata mendadak angka inflasi yang dikeluarkan badan statistik resmi Argentina mendadak menjadi rendah. Padahal, berbagai pihak yang membuat perhitungan secara independen menyatakan bahwa tingkat inflasi sebenarnya jauh lebih tinggi. Bila angka inflasi tidak mencerminakan keadaan yang sebenarnya, juga akan berpengaruh terhadap beragam indikator lainnya seperti pertumbuhan ekonomi dan angka kemiskinan. Akibatnya, lembaga multilateral seperti IMF mengancam akan memberikan angka merah. Hal ini akan merugikan negara itu karena bila satu angka dicurigai, semua data bisa dicurigai, dan dampaknya juga bakal membuat semakin banyak investor yang enggan untuk menanamkan modalnya di sana.

Suhariyanto juga mencontohkan kasus pada tahun 2017, bahwa Yunani yang perekonomiannya ambruk karena jumlah utang yang luar biasa, ternyata ada dugaan bahwa utangnya ternyata bisa jauh lebih besar.

Kepala BPS menyatakan, pihaknya selalu mengikuti berbagai prinsip fundamental antara lain adalah imparsialitas dan akses yang setara, sehingga semua kalangan masyarakat bisa mengaksesnya pada saat yang sama.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka