Pedagang melayani pembeli di pasar tradisional kawasan Tebet, Jakarta, Jumat (5/8). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan II-2016 yang tumbuh hingga 5,18 persen (yoy). Konsumsi rumah tangga itu didukung oleh pemberian gaji 13 dan 14 oleh pemerintah yang dimanfaatkan pada perayaan Lebaran serta sebagai persiapan dalam menghadapi tahun ajaran baru. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Sepanjang Agustus 2016, harga pangan mengalami perubahan harga yang variatif. Ada yang mengalami penurunan, tapi banyak juga yang masih melonjak.

Bahkan beberapa komoditas yang mengalami kenaikan tak hanya di sektor pangan, tapi juga di sektor komoditas lain, seperti kenaikan tarif listrik dan uang sekolah.

Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo, komoditas yang alami kenaikan harga adalah, tarif listrik, uang sekolah SD, SMP dan SMA, emas perhiasan, minyak goreng, mie, nasi dengan lauk, air kemasan, rokok kretek filter, serta beberapa sayuran.

“Seperti cabai merah, cabai rawit, dan kentang alami kenaikan harga, padahal sayuran lain seperti wortel, tomat dan bawang merah dan putih, serta sayuran lain banyak yang turun harga,” ujar Sasmito, di Jakarta, Kamis (1/9).

Menurut dia, pada Agustus 2016 lalu, dengan masih adanya lonjakan harga tersebut, membuat kelompok pengeluaran yang memberikan andil atau sumbangan inflasi.

Kelompok itu adalah, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,06 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar sebesar 0,10 persen, kelompok sandang 0,03 persen.

“Serta kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang masing-masing sebesar 0,02 persen dan 0,09 persen,” ujar dia.

Sementara dilihat dari komponennya, kata Sasmito, pada komponen inti di Agustus 2016 juga mengalami indlasi sebesar 0,36 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 117,85 pada Juli 2016 menjadi 118,27 pada Agustus 2016.

“Sedang komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan komponen bergejolak (volatile food) deflasi. Masing-masing 0,52 persen dan 0,80 persen,” terangnya.

Namun secara tahun kalender dari Januari-Agustus 2016, inflasi komponen inti dan komponennm bergejolak mengalami inflasi yang cukup tingi 2,24 persen dan 3,88 persen.

“Namun untuk yang administered price mengalami inflasi minus 1,59 persen,” ujarnya.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan