Jakarta, Aktual.com – Dalam beberapa bulan ini Nilai Tukar Petani (NTP) terus mengalami penurunan. Pada Maret 201, NTP kembali mengalami pelemahan lagi. Hal ini mengindikasikan, bahwa kehidupan kalangan petani masih jauh dari rasa kesejahteraan. Pasalnya, indikator yang ada kemampuan atau daya belinya terus merosot.
“Pada Maret 2017 lalu, NTP nasional cuma sebesar 99,95 persen. Angka itu berarti turun 0,38 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Memang kasihan nasib petani karena NTP-nya terus turun,” tandas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Senin (3/4).
Penurunan NTP ini, kata dia, disebabkan oleh Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) turun sebesar 0,39 persen. Angka itu berarti lebih besar dari penurunan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang cuma 0,01 persen.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya neli petani di perdesaan. NTP juga merupakan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
“Jadi semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Kalau turun terus berarti petani rendah daya belinya,” tutur Kecuk, panggilan akrabnya.
Sementara Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) untuk Maret 2017, jelas Kecuk, sebesar 108,93. Angka itu pun, kata dia, juga mengalami penurunan sebesar 0,63 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
Jika dilihat per provinsi, ternyata penurunan NTUP DKI Jakarta paling tinggi mencapai 1,37 persen. Angka itu kalah jauh dari pencapaian Provinsi Papua Barat yang di Maret lalu justru NTP-nys mengalami kenaikan tertinggi sebesar 0,58 persen dibanding semua provinsi.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan