Buruh tani menanam benih padi di areal sawah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Selasa (15/8/2017). Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, menekan biaya produksi dan meningkatkan produktifitas gabah nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) berencana menyebarkan benih padi baru IPB 3S yang memiliki produktivitas 8-11 ton per hektare dan tahan terhadap hama wereng kepada petani. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan petani di Sulawesi Utara dalam waktu enam tahun turun sebanyak 13.597 orang yakni dari 502.886 orang pada 2009 menjadi 489.289 orang pada 2015. Jika dirata-ratakan maka terdapat penurunan jumlah petani sekitar 2.266 orang setiap tahunnya atau sekitar 0,45 persen setiap tahun.

“Data ini setidaknya menunjukkan dua hal yakni pertama, petani yang sudah tua atau tidak produktif tidak lagi tergantikan oleh petani baru atau muda dan kedua, terdapat alih profesi dari petani ke pekerjaan lainnya,” ujar Kadis Pertanian dan Peternakan Sultra, Muhammad Nasir di Kendari, Selasa Kadis Pertanian dan Peternakan Sultra, Muhammad Nasir di Kendari, Selasa (3/10).

Tetapi, lanjutnya, hal paling mendasar dari fakta penurunan jumlah petani adalah bahwa petani bukan lagi profesi yang diminati masyarakat. Generasi muda lebih memilih mencari pekerjaan di luar pertanian. Mereka yang bertahan sebagai petani, boleh dikatakan merupakan orang-orang yang tidak punya pilihan hidup lain.

“Akibatnya, petani kita adalah orang-orang dengan sumber daya manusia yang rendah. Seberapapun banyaknya bantuan atau fasilitasi yang diberikan pemerintah, jika tidak dibarengi dengan peningkatan SDM, maka pencapaiannya tidak akan optimal,” tambah Nasir.

Menurut Nasir, dalam pertemuan yang diikutinya di Bogor, belum lama ini, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Momon Rusmono mengungkapkan, salah satu program prioritas Kementerian Pertanian adalah regenerasi petani.

Kegiatan pengawalan dan pendampingan petani yang difasilitasi oleh pemerintah melibatkan mahasiswa, agar mereka tertarik dengan pertanian. Para alumni yang baru lulus juga dilibatkan agar mereka mau berkecimpung di dunia pertanian, termasuk para pemuda tani yang ada di masyarakat.

Perguruan tinggi yang berada di bawah Kementerian Pertanian seperti Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) akan diubah menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Jika dulu STPP hanya menghasilkan penyuluh, maka politeknik ini akan menciptakan wirausaha muda di bidang pertanian.

“Dalam waktu dekat, kami akan undang Kepala BPPSDM Pertanian untuk berbicara di depan para bupati/walikota se-Sultra mengenai pentingnya membangun SDM pertanian dan regenerasi petani. Kita berharap para kepala daerah memiliki program prioritas terkait pengembangan SDM pertanian,” pungakas Nasir.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka