Menurut dia, dari tujuh kelompok komoditas pengeluaran, terdapat tiga kelompok yang mengalami deflasi dan empat kelompok lainnya mengalami inflasi.
Adapun, yang mengalami deflasi adalah, kelompok bahan makanan sebesar -1,56 persen; kelompok kesehatan sebesar -0,02 persen; serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,14 persen.
Sedangkan yang menekan deflasi di antaranya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,89 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,26 persen; kelompok sandang sebesar 0,16 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,11 persen.
Ia menambahkan, dari delapan kota penghitung deflasi nasional di Jawa Timur, seluruhnya mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Probolinggo sebesar -0,29 persen dengan IHK 124,30.
“Sedangkan, deflasi terendah terjadi di Kota Madiun dan Kota Surabaya masing-masing -0,06 persen dengan IHK 125,38 dan 128,10,” katanya.
Sementara, secara rinci, kedelapan kota yang mengalami deflasi tersebut adalah Kota Madiun -0,06 persen IHK 125,38; Surabaya -0,06 persen IHK 128,10; Malang -0,09 persen IHK 128,38; Kediri -0,13 persen IHK 124,41.
Kemudian, Jember -0,15 persen IHK 124,43; Sumenep -0,15 persen IHK 124,44; Banyuwangi -0,20 persen IHK 123,49; dan Probolinggo -0,29 persen IHK 124,30.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka