Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto, menyatakan bahwa pada Juni 2018 harga beras di tingkat konsumen mengalami penurunan, tetapi harga gabah di tingkat produsen meningkat, sehingga baik untuk kesejahteraan petani.
“Di level konsumen ada penurunan harga, sedangkan di level produsen ada peningkatan harga,” kata Kecuk Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (2/7).
Menurut Kecuk, dengan tingkat harga gabah kering panen di petani ada kenaikan 2,1 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, maka hal tersebut dinilai akan membuat kehidupan petani menjadi semakin baik.
Kepala BPS memaparkan harga gabah kering panen pada Juni 2018 tercatat Rp4.650 per kilogram dan lebih tinggi dibandingkan dengan Mei antara lain karena panen raya sudah berlalu.
“Musim panen raya biasanya adalah Maret dan April, dan Mei bulan menurun. Biasanya pada Agustus mulai panen kembali,” ucapnya.
Sementara untuk harga beras medium di Juni 2018 baik untuk premium, medium dan rendah ketiganya mengalami penurunan.
Jumlah penurunan itu dibandingkan dengan bulan sebelumnya adalah beras premium turun 0,48 persen, medium turun 0,6 persen dan beras rendah turun 0,67 persen.
Sebelumnya, Perum Bulog melakukan penjualan komoditas bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng dan daging dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi ketetapan pemerintah menjelang Lebaran 2018.
Dirut Bulog Budi Waseso di Jakarta, Rabu (6/6) mengatakan, kebijakan tersebut dilakukan untuk membantu warga memperoleh kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, terutama pada hari raya.
“Kami akan sebar ke titik-titik yang ramai seperti kelurahan, pasar, rumah susun dan ruang publik lainnya agar masyarakat saat membutuhkan (bahan pokok) itu tersedia dengan harga yang relatif murah,” katanya.
Pemerintah juga telah memutuskan untuk menunda penurunan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras kualitas medium menjadi Rp8.900 per kilogram, di mana saat ini besaran yang ditetapkan senilai Rp9.450 per kilogram untuk wilayah Jawa.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas di Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah masih akan melihat perkembangan harga komoditas tersebut dalam waktu dekat.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: