“Dengan Islam yang seperti ini maka orang menjadi tidak mudah marah. Kalau sedikit-sedikit marah akhirnya orang lain berpikir Islam ini ajarannya marah-marah,” katanya.
Apalagi, lanjut dia, kemarahan itu disebabkan hal-hal yang sebenarnya bukan subtansial dan lebih terkesan membesar-besarkan persoalan.
“Akhirnya sama saja dengan mengerdilkan Islam itu sendiri,” ujar mantan asisten pribadi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Terkait dengan puisi Sukmawati Soekarnoputri yang membuat heboh masyarakat, menurut Zastrow ini mengindikasikan taraf keberagamaan masyarakat Indonesia cenderung masih bersifat legal formalistik.
“Masih menjadi orang yang mudah kaget, mudah marah, dan mudah terkejut. Sebetulnya puisi itu adalah puisi otokritik yang dapat menjadi bahan refleksi bagi masyarakat semuanya,” katanya.[ant]
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid