Jakarta, Aktual.com — Impor pangan sepertinya masih akan terus ditempuh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) ketika menghadapi lonjakan harga pangan. Apalagi momennya saat menjelang bulan Ramadlan dan Hari Raya Idul Fitri. Padahal kebijakan impor itu biasanya bertepatan dengan panen raya di tingkat petani.
Menurut Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti, kebijakan impor masih menjadi pilihan utama, salah satunya mengatasi lonjakan harga bawang merah yang mulai melonjak harganya.
“Kami kapan saja siap untuk melakukan impor. Itu kami lakukan kalau harga di pasar tidak terkendali,” ujar dia di Jakarta, Jumat (3/6).
Meski begitu, pihaknya dan regulator terkait tetap akan melakukan operasi pasar, antara lain ke pasar induk-pasar induk.
“(Untuk bawang merah) di pasar induk sudah turun. Cuma memang di tingat eceran belum turun. Saya yakin antara 2-3 hari lagi juga akan turun,” klaim Djarot.
Dia menambahkan, kendati memang harga harus turun, tapi pihaknya memaklumi kalau harga komoditas bawang merah itu tidak secara drastis penurunannya.
“Jika harganya Rp30 per kilo gram ya ga mungkin tiba-tiba jadi harganya Rp25 ribu-Rp30 ribu per kg. Iya mereka juga mau lebaran. Tapi kami tetap perhatikan konsumen,” cetus dia.
Ditanya, negara mana yang akan mengimpor bawang merah, Djarot enggan untuk menyebutkan negaranya. “Negara pengimpor masih rahasia. Tapi pastilah kalian tahu, negaranya utu-itu juga,” tandas dia.
Bagi Bulog kebijakan, impor-ekspor komoditas mestinya tidak dipermasalahkan. Karena bagaimana pun kebijakan impor Bulog itu tergantung dari instruksi pemerintah.
“Impor atau ekspor itu sesuatu yang biasa lah. Kalau barangnya tidak ada di pasar, ya kami impor. Ini umum kok,” dalih dia.
Sementara terkait dengan stok beras menjelang puasa dan lebaran ini, Djarot menyebutkan stoknya tetap terjaga mencapai 2,1 juta ton. “Itu posisi aman untuk beras. Kalau harga melonjak kami siap untuk operasi pasar,” tandas dia.
Sebelumnya, Ketua Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Dewan Bawang Merah Nasional (Debnas), Amin Kartiawan Danopa menegaskan, kebijakan pemerintah yang akan membuka kran impor bawang merah sebanyak 2.500 ton sebgai bentuk kepanikan pemerintah.
“Pasalnya, pada bulan Juni akan dimulai panen raya bawang merah di seluruh sentra bawang merah baik di Jawa maupun di luar Jawa,” tandas Amin.
Menurut dia, alasan pemerintah mengeluarkan kebijakan impor untuk menurunkan harga bawang merah sekaligus memenuhi kebutuhan puasa dan lebaran, suatu pemikiran yang tidak tepat.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka