Jakarta, Aktual.com – Anak perusahaan Kalla Group yaitu PT Bumi Sarana Migas (BSM) mengaku sedang melakukan finalisasi pembagian porsi saham dalam pembangunan Proyek Land Based LNG Receiving and Regasification Terminal di Bojonegara, Banten.
Namun Juru bicara PT Bumi Sarana Migas, Nanda Sinaga menolak untuk membuka nama-nama partnernya dalam pembangunan proyek yang berkapasitas 500 mmscfd (kurang lebih 4 juta ton) itu.
“Porsi saham sedang difinalisasi dengan partner dari Jepang dan lokal,” jawabnya yang menolak untuk membuka nama partner yang ditanyakan oleh Aktual.com, Selasa (15/11).
Walau begitu, dia meyakinkan bahwa perusahaannya memiliki kesiapan untuk merealisasikan proyek yang telah direncanakan sejak tahun 2013 silam.
“Kami memiliki lahan yang sangat cocok untuk proyek infrastruktur tersebut karena lahan kami berada ditepi pantai dengan kedalaman yang cukup serta di depan pulau sebagai pelindung ombak untuk disandari oleh kapal LNG terbesar sekelas Q-Flex dan Q-Max,” jelas Nanda.
Menurut Nanda, ketertarikan Kalla Group dalam membangun proyek ini diawali oleh data Kementerian ESDM dan kajian Wood MacKenzie mengenai Outlook Suplai Gas tahun 2013 – 2030.
Data tersebut menunjukan bahwa Jawa bagian Barat akan mengalami defisit neraca gas yang disebabkan oleh berkurangnya dan akan habisnya (depletion) cadangan gas dari Sumatera serta meningkatnya permintaan akan kebutuhan gas.
Setelah melalui diskusi dan kajian bisnis di internal, Kalla Group memutuskan untuk menunjuk salah satu Konsultan Teknik dari Jepang dalam merancang bangun Terminal Regasifikasi LNG melalui studi kelayakan pendirian Terminal Regasifikasi LNG.
Kemudian dari hasil kajian itu menunjukan bahwa lokasi tersebut sangat ideal untuk dimanfaatkan sebagai Terminal Regasifikasi LNG di Darat (Land-Based Regasification Receiving LNG Terminal).
Atas dasar kajian tersebut, Kalla Group mencari partner untuk pembangunan proyek ini dan telah bersepakat pada awal tahun 2015 dengan partner dari Jepang yang dinilai berpengalaman dalam pengelolaan Terminal LNG dan distribusi gas.
“Proyek Terminal Regasifikasi LNG Darat dengan investasi sekitar Rp10 Triliun ini sepenuhnya akan dibiayai oleh pemenuhan modal pemegang saham serta pinjaman dari Lembaga Keuangan Jepang, yang terdiri dari Lembaga Keuangan Pemerintah Jepang dan Perbankan Jepang,” tandasnya.
(Laporan: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka