Jakarta, Aktual.com – Menteri BUMN Rini Soemarno sangat disorot saat wacana reshuffle Kabinet Kerja kembali mencuat. Pasalnya, kinerja BUMN di bawah kendali Rini Soemarno sangat mendorong langkah mencari keuntungan sebesar mungkin, sehingga semangat utama untuk menjadi agent of development atau agen pembangunan sangat nyaris tak ada.
“Sangat disayangkan memang, kinerja BUMN di bawah Menteri BUMN. Karena terlalu berorientasi pada bisnis dan keuntungan semata,” ungkap pengamat ekonomi dari Indef, Ahmad Heri Firdaus, kepada Aktual.com, Selasa (19/7).
Sebagai BUMN yang sahamnya dimiliki pemerintah, seharusnya kinerja perusahaan pelat merah itu dapat menciptakan kesejahteraan, tidak melulu mengutamakan faktor bisnisnya.
“Dengan selalu mengutamakan faktor bisnis, maka kurang memperhatikan aspek sinergitas dengan kementerian lainnya. Sehingga yang ada, masyarakat akan dirugikan. Saya rasa kinerja Menteri Rini terlalu mendorong BUMN lebih liberal,” ungkap Heri.
Heri kembali menegaskan, kebijakan yang salah dari Rini itu masih banyak lagi. Mestinya pemerintah harus ingat, BUMN itu harus menjadi agen pembangunan, tidak berorientasi ke masalah lain.
Ditambah lagi, Rini juga selalu mendorong BUMN untuk selalu berutang. Padahal utang itu nantinya di masa depan akan menjadi beban karena pada akhirnya aset BUMN sendiri yang menjadi pertaruhannya.
“Kasus BUMN yang dapat pinjaman dari CDB (China Development Bank), juga empat BUMN yang menggarap proyek kereta cepat yang mengandalkan utangan dari CDB, itu sangat berisiko di masa yang akan datang,” ingat Heri.
Namun sayangnya, Rini tak pernah jera. Dan terus mendorong kebijakan yang liberal. Mestinya Presiden Jokowi harus cepat bersikap.
“Saya harap, Jokowi mau mencopot Rini dari pos Menteri BUMN agar BUMN terselamatkan,” tegas dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan