Jakarta, Aktual.com – Integrasi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) sebagai subholding bisnis gas dibawah koordinasi PT Pertamina (Persero) (Pertamina) dengan kelanjutan proses Holding BUMN Migas merupakan momentum yang tepat bagi PGN untuk menjalankan fungsi agregator gas di Indonesia.
“Dengan status PGN sebagai ujung tombak bisnis gas Pertamina, maka PGN memiliki portfolio yang komplit untuk menjalankan fungsi sebagai agregator gas. Setidaknya ada 3 faktor yang bisa mendorong PGN mampu menjalankan mandat sebagai agregator gas,” ujar Direktur Komersial PGN, Danny Praditya di sela acara Gas Indonesia Summit and Exhibition 2018 di Jakarta, Jumat (3/8).
Pertama, pasokan dari sumber lapangan gas Pertamina, kini bisa dijual oleh PGN ke seluruh pelanggannya. Sesuai pemetaan yang telah dilakukan tim dari Pertamina, PGN, dan Pertagas, setidaknya ada 7 sumber gas baru yang bisa dipasarkan PGN:
1. Gas Blok Mahakam yang mulai 1 Januari 2018 dialihkan pengelolaannya ke Pertamina
2. Gas Blok Cepu yang diperkirakan bisa berproduksi secara komersial tahun ini
3. Gas lapangan Puspa sebanyak 45-50 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi tahun ini
4. Gas lapangan Cikarang Tegal Pacing sebanyak 15 MMSCFD
5. Gas lapangan Salawati sebanyak 20 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi mulai 2019
6. Gas lapangan Bambu Besar sebanyak 10 MMSCFD yang juga bisa dikomersialisasi tahun depan, dan
7. Lapangan Simenggaris yang diperkirakan mampu memproduksi gas sebanyak 10 MMSCFD mulai 2021.
“Dengan terbentuknya Holding BUMN Migas, maka pendapatan dari penjualan gas lapangan-lapangan tersebut akan terkonsolidasi ke Pertamina, sehingga nilai ekonomis dari sektor gas hulu ke hilir bisa masuk ke Pertamina. Untuk itu, kami akan bertindak sebagai penjualnya,” kata Danny.
Kedua, jumlah infrastruktur gas yang dikelola PGN menjadi bertambah karena adanya tambahan pipa gas Pertagas yang kini menjadi bagian dari jaringan pipa PGN.
Sebelumnya, Direktur Utama PGN, Jobi Triananda Hasjim saat membuka Gas Indonesia Summit and Exhibition 2018, mengatakan sinergi kedua perusahaan menjadikan jaringan pipa gas yang dikelola PGN sepanjang 9.600 kilometer.
Ia memperkirakan pertumbuhan volume distribusi gas bumi pasca integrasi bisa mencapai 7% per tahun. Selain itu, volume transportasi gas bumi diperkirakan turut mengalami peningkatan sekitar 5% per tahun.
“Dari sisi jumlah pelanggan, diperkirakan akan ada penambahan 40.000 pelanggan rumah tangga pada 2019. Di sektor industri dan komersial, penambahan pelanggan diperkirakan mencapai 90 pelanggan dari posisi saat ini 3.820 pelanggan,” jelas Jobi.
Ketiga, dengan ditetapkan pemerintah kepada PGN sebagai subholding bisnis gas bumi, maka kapasitas investasi PGN akan meningkat akibat tidak ada lagi duplikasi pembangunan jaringan infrastruktur pipa gas dengan Pertagas seperti yang selama ini terjadi.
Danny menyebut, pembentukan Holding BUMN Migas akan meningkatkan kapasitas investasi pengembangan sektor gas sebesar US$ 9,5 miliar pada periode 2017 sampai 2030 mendatang.
“Secara keseluruhan integrasi PGN ke Pertamina dan Pertagas ke PGN akan meningkatkan kapasitas investasi sebesar US$ 32 miliar sampai 2030 mendatang. Artinya akan semakin banyak jaringan pipa gas yang kami bangun ke depannya dengan harapan bisa melayani lebih banyak lagi pelanggan,” kata Danny.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka