Anggota Komisi XI DPR RI Ecky A Muharram (kedua kanan) bersama Pakar Kebijakan Publik Emrus Sihombing (kedua kiri), Politisi Bursah Zarnubi (kiri) dan Ketua Yayasan Satu Keadilan sebagai penggugat UU Tax Amnesty Sugeng Teguh Santoso berbicara saat diskusi bertema 'Ada Apa di Balik Pengampunan Pajak? Menggugat UU Tax Amnesty' di Jakarta, Kamis (14/7/2016). Diskusi tersebut menyikapi pro dan kontra UU Tax Amnesty yang telah diundangkan.

Jakarta, Aktual.com – Komentar Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang dianggap menghina Kitab Suci Al Quran tekait surat Al-Maidah ayat 51 yang mengandung unsur kebohongan telah memancing kemarahan masyarakat Islam Ibukota, bahkan juga Islam se-Indonesia.

Ucapan yang Ahok lontarkan saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu itu sebagai bukti bahwa Ahok adalah tokoh penggerak konflik SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).

“Ahok itu tokoh penggerak konflik SARA. Dia itu anti agama. Sikapnya itu dapat menimbulkan pepecahan bangsa dan instabilitas nasional,” cetus Ketua umum Perkumpulan Gerakan Keadilan, Bursah Zarnubi, ketika dihubungi, Sabtu (8/10).

Menurut Bursah, sikap Ahok yang menistakan kitab suci AlQuran itu telah melampaui batas. Ditambah perilakunya yang selama ini, telah menguatkan Ahok adalah seorang yang sakit jiwa.

“Ahok itu sakit jiwa. Sok tahu dan sok pintar. Tapi banyak salahnya. Dia tak pantas jadi pemimpin. Bagusnya dia jadi pemimpin gerombolan liar, yang memang enggak mengenal sopan santun enggak ada etika,” tandas Bursah.

Dan dalam kasus penistaan Al Quran ini, untungnya Ahok itu hidup di negeri yang mayoritas Islam yang menjunjung tinggi toleransi dan menghargai para minoritas, seperti agama Ahok. Tapi sayangnya tidak bersikap toleran.

“Kalau gaya Ahok ini tinggalnya di negara Timur Tengah seperti Iran, kita enggak akan bertemu Ahok hidup-hidup. Tak akan hidup lama,” ketus tokoh Islam yang pertama kali memimpin gerakan demonstrasi melawan Ahok pada 29 Agustus 2015 lalu itu.

Dengan kasus ini, dia berharap agar masyarakat Ibukota sadar, dan tidak lagi menjadikan Ahok sebagai pemimpin DKI Jakarta.

“Orang yang rasis dan tak beradab seperti dia, jangan lagi dipilih jadi pemimpin di pilkada DKI nanti,” pungkas Bursah.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: