Jakarta, Aktual.com — Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini mulai marak. Beberapa pabrik ada yang ditutup. Hal ini tentu dicemaskan oleh kalangan buruh, sebab para buruh itu yang akan menjadi korban PHK.
“Selama ini pemerintah sepertinya tenang-tenang aja, padahal PHK sudah mulai marak. Takutnya pemerintah kembali mengurangi atau memanipulasi data PHK. Data pemerintah selalu menyebut sedikit, padahal jumlahnya banyak,” tutur Koordinator Konfederasi Perjuangan Buruh Indonesia (KPBI), Adhi Wibowo kepada Aktual.com, Selasa (16/2).
Menurut dia, mengacu pada tahun lalu saat gelombang PHK marak, justru data PHK yang dikeluarkan antara pemerintah, pengusaha dan kalangan buruh berbeda.
“Tahun 2015 lalu banyak buruh yang di-PHK. Tapi data pemerintah yang keluarkan angkanya sedikit. Bahkan selisih angkanya bisa mencapai ribuan,” terang dia.
Saat ini, kata dia, dengan penutupan beberapa pabrik seperti Panasonic dan Toshiba, gelombang PHK sudah mulai banyak. Tapi sayangnya pemerintah terkesan adem ayem. Bahkan hanya menuding kasus Ford tidak nerdampak besar, karena tidak ada pabriknya di Indonesia.
“Justru pemerintah jangan hanya melihat satu sisi saja. Memang mesin Ford tidak dirakit di sini. Tapi produsen turunnya banyak, seperti pabrik joknya, dashboard-nya, dan lain-lain. Pekerja di situ otomatis kena PHK juga. Ini yang tidak dilihat pemerintah,” kecam Adhi.
Bahkan, kata dia, untuk penutupan pabrik Panasonic, pemerintah juga terkesan bungkam. Menurutnya, Panasonic itu mempunyai tiga pabrik, Surabaya, Cikarang (Bekasi), dan Bogor. Yang ditutup pabrik yang di Cikarang, padahal itu pabrik yang jumlah buruhnya besar.
“Pihak Panasonic hanya menawarkan buruh yang di Cikarang dipindah ke Bogor, tanpa kompensasi apa pun. Padahal itu cost-nya akan lebih besar. Bahkan mereka harus mendapat upah yang lebih kecil. Akhirnya ya PHK,” tegasnya.
Dengan maraknya PHK itu, Adhi menuding paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tidak efektif dan tidak berdampak lebih baik.
“Sebab masih membuat investor hengkang dan tidak berpihak ke buruh. Pada akhirnya kami ini yang menjadi korban,” tukasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka